Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sejak Invasi Dimulai, 133 Warga Sipil Termasuk 5 Anak-anak Tewas di Wilayah Kharkiv Ukraina

133 warga sipil termasuk 5 anak-anak di wilayah Kharkiv, tewas sejak awal invasi Rusia ke Ukraina.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Sejak Invasi Dimulai, 133 Warga Sipil Termasuk 5 Anak-anak Tewas di Wilayah Kharkiv Ukraina
AFP/SERGEY BOBOK
Foto ini diambil pada 27 Februari 2022 menunjukkan sebuah kendaraan pengangkut personel lapis baja Rusia (APC) terbakar di samping tubuh tentara tak dikenal selama pertempuran dengan angkatan bersenjata Ukraina di Kharkiv. - Pasukan Ukraina mengamankan kendali penuh atas Kharkiv pada 27 Februari 2022 menyusul pertempuran jalanan dengan pasukan Rusia di kota terbesar kedua di negara itu, kata gubernur setempat. (Photo by Sergey BOBOK / AFP) 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, KHARKIV - 133 warga sipil termasuk 5 anak-anak di wilayah Kharkiv, tewas sejak awal invasi Rusia ke Ukraina.

Seperti yang diumumkan Departemen Kepolisian Daerah Kharkiv di jejaring sosial Facebook.

"Pada 7 Maret (2022) pukul 09.00 pagi, 209 orang tewas dalam penembakan artileri dan pertempuran, diantaranya adalah 133 warga sipil, termasuk 5 anak-anak," kata laporan itu.

Baca juga: POPULER Internasional: Ukraina Serang Kapal Perang Rusia | Rencana Polandia Kirim Bantuan Jet Tempur

Baca juga: Jika Presiden Zelensky Terbunuh akibat Invasi Rusia, Ukraina Sudah Siapkan Rencana

Tercatat bahwa sejak 24 Februari lalu atau saat dimulainya operasi militer khusus Rusia di Ukraina, wilayah Kharkiv telah kehilangan 41 prajurit Angkatan Bersenjata Ukraina, 4 petugas polisi, 8 anggota Garda Nasional, 4 karyawan Layanan Penjaga Perbatasan Negara, empat karyawan Kharkiv National Universitas Angkatan Udara, anggota Dinas Keamanan Ukraina dan 14 anggota pertahanan teritorial.

Dikutip dari laman Ukrinform, Selasa (8/3/2022), selama penembakan yang dilakukan Rusia, 443 orang terluka, 319 diantaranya adalah warga sipil.

Sebelumnya pada 24 Februari lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan perang terhadap Ukraina dan melancarkan invasi besar-besaran.

BERITA REKOMENDASI

Ukraina mengklaim pasukan Rusia telah menembaki dan menghancurkan infrastruktur utama.

Begitu pula dengan rudal yang menghantam bangunan pemukiman warga.

Darurat militer pun diberlakukan di Ukraina dan mobilisasi umum turut diumumkan.

Bahkan negara itu secara resmi mengajukan gugatan terhadap Federasi Rusia ke Pengadilan Internasional Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di Den Haag, Belanda.

Sementara itu, alasan Rusia melancarkan operasi militer khusus di Ukraina adalah karena Ukraina dinilai gagal mengimplementasikan perjanjian Minsk dan menyelesaikan konflik di Donbass secara damai.

Baca juga: Pengungsi dari Kyiv dan Kharkiv Dievakuasi ke Belarus dan Rusia, Ukraina Tolak Tawaran Rusia


Putin pun mengatakan bahwa negaranya tidak punya pilihan lain selain bertindak, setelah berminggu-minggu terjadi aksi penembakan terhadap Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Lugansk (LPR) yang diklaim dilakukan oleh pasukan Ukraina.

Dengan demikian, ia kemudian memerintahkan pasukannya untuk melakukan 'demiliterisasi dan denazifikasi' negara tetangganya itu.

Sebuah gambar menunjukkan kerusakan di pintu masuk gedung setelah penembakan oleh pasukan Rusia di Constitution Square di Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina, pada 2 Maret 2022. - Pada hari ketujuh pertempuran di Ukraina pada 2 Maret, Rusia mengklaim kendali atas kota pelabuhan selatan Kherson, pertempuran jalanan berkecamuk di kota terbesar kedua Ukraina Kharkiv, dan Kyiv bersiap menghadapi serangan Rusia yang ditakuti.
 (Photo by Sergey BOBOK / AFP)
Sebuah gambar menunjukkan kerusakan di pintu masuk gedung setelah penembakan oleh pasukan Rusia di Constitution Square di Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina, pada 2 Maret 2022. - Pada hari ketujuh pertempuran di Ukraina pada 2 Maret, Rusia mengklaim kendali atas kota pelabuhan selatan Kherson, pertempuran jalanan berkecamuk di kota terbesar kedua Ukraina Kharkiv, dan Kyiv bersiap menghadapi serangan Rusia yang ditakuti. (Photo by Sergey BOBOK / AFP) (AFP/SERGEY BOBOK)

Rusia bahkan mengklaim telah berulang kali memperingatkan negara-negara Barat agar tidak mengirimkan persenjataan canggih mereka ke Ukraina.

Putin menilai bahwa hal itu akan membuat Ukraina berani dan mendorongnya untuk mencoba menyelesaikan konflik di Donbass dengan menggunakan militernya.

Sebelumnya, The Washington Post melaporkan bahwa AS telah mengirim perangkat keras militer senilai ratusan juta dolar AS ke Ukraina sejak Desember 2021, beberapa bulan sebelum keputusan Rusia untuk meluncurkan operasi militer khusus.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas