Ukraina Klaim Dua Jenderal Rusia Tewas dalam Perang
Intelijen militer Ukraina mengatakan bahwa pasukan Ukraina telah membunuh seorang jenderal Rusia. Jenderal kedua yang tewas selama invasi.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Ukraina mengatakan bahwa seorang jenderal Rusia telah tewas dalam pertempuran.
Intelijen militer Ukraina mengatakan pada Selasa (8/3/2022) bahwa pasukan Ukraina telah membunuh seorang jenderal Rusia di dekat kota Kharkiv yang terkepung.
Dikutip dari scmp.com, Mayor Jenderal Vitaly Gerasimov, wakil komandan pertama tentara ke-41 Rusia, tewas pada Senin (7/3/2022), kata Kepala Direktorat Intelijen Kementerian Pertahanan Ukraina dalam sebuah pernyataan.
Vitaly Gerasimov menjadi komandan senior Rusia kedua yang tewas dalam invasi di Ukraina sejak 24 Februari 2022.
Kementerian pertahanan Ukraina mengatakan, Gerasimov telah bertempur dengan pasukan Rusia di Suriah dan Chechnya dan telah mengambil bagian dalam perebutan Krimea pada tahun 2014.
Baca juga: Imbas Invasi ke Ukraina, Warga Rusia Terancam Tak Bisa Mengakses Internet
Baca juga: Daftar Negara yang Dianggap Rusia Tak Bersahabat: Kanada, Inggris, AS, hingga Jepang
Namun, kematian tidak dapat dikonfirmasi secara independen karena Rusia belum berkomentar terkait kematian jenderal tersebut.
Jenderal Rusia lainnya, Andrei Sukhovetsky, juga seorang wakil komandan tentara ke-41, dilaporkan tewas pada akhir Februari, lalu.
Kematiannya dikonfirmasi oleh organisasi perwira lokal di wilayah Krasnodar di Rusia selatan.
Keadaan kematiannya pun tidak jelas.
Sukhovetsky, yang berusia 47 tahun, memulai dinas militernya sebagai komandan peleton setelah lulus dari akademi militer dan terus naik pangkat untuk mengambil serangkaian posisi kepemimpinan.
Dia mengambil bagian dalam kampanye militer Rusia di Suriah.
Ukraina mengatakan pasukannya telah membunuh lebih dari 11.000 tentara Rusia.
Rusia telah mengonfirmasi sekitar 500 kerugian.
Namun, tidak ada pihak yang mengungkapkan korban Ukraina.
Rusia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi khusus" yang dikatakan tidak dirancang untuk menduduki wilayah tetapi untuk menghancurkan kemampuan militer tetangga selatannya dan menangkap apa yang dianggapnya sebagai nasionalis berbahaya.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim bahwa tidak ada wajib militer atau cadangan yang berperang dalam perang negaranya di Ukraina, hanya tentara profesional.
Rusia Rekrut Warga Suriah?
Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS), Pentagon, mengatakan bahwa Rusia akan merekrut warga Suriah untuk ikut berperang di Ukraina, Senin (7/3/2022).
Untuk diketahui, Moskow memasuki perang saudara Suriah pada 2015 di pihak rezim Presiden Bashar al-Assad, dan negara itu telah terperosok dalam konflik yang ditandai dengan pertempuran perkotaan selama lebih dari satu dekade.
Dikutip dari CNA, pejabat Departemen Pertahanan AS mengatakan, Presiden Rusia Vladimir Putin sedang dalam misi perekrutan.
Putin berusaha membawa beberapa pejuang Suriah ke medan pertempuran di Ukraina.
Menurut Wall Street Journal, para pejabat AS mengatakan bahwa Rusia yang melancarkan invasi ke tetangganya di Eropa Timur pada 24 Februari, dalam beberapa hari terakhir merekrut pejuang dari Suriah dengan harapan mereka dapat membantu Moskow merebut Kyiv.
Baca juga: Berunding Damai, Menlu Ukraina dan Rusia Sepakat Bertemu di Turki Esok
Baca juga: Momen Tentara Ukraina Menikah di Tengah Invasi Rusia, Masih Pakai Seragam Militer
Seorang pejabat mengatakan kepada harian itu bahwa beberapa pejuang sudah berada di Rusia bersiap untuk bergabung dalam pertempuran di Ukraina.
Meski begitu, tidak jelas berapa banyak pejuang yang telah direkrut.
Para pejabat tidak akan berspekulasi tentang berapa banyak tentara bayaran yang bergabung dalam pertempuran, atau tentang kualitas para pejuang.
Namun, Pentagon mengatakan tidak ada alasan untuk meragukan keakuratan laporan tersebut.
"Kami percaya bahwa laporan mereka (Rusia) mencari pejuang Suriah untuk menambah pasukan mereka di Ukraina, kami yakin itu benar," kata juru bicara Pentagon John Kirby kepada wartawan ketika ditanya tentang laporan tersebut.
Tetapi dengan daya tembak yang sangat besar dan lebih dari 150.000 tentara yang dikerahkan untuk membantu Putin, Pentagon mengatakan perlu dicatat bahwa dia akan merasa perlu untuk merekrut tentara bayaran.
"(yang) menarik, Putin harus menyadari bahwa dirinya bergantung pada pejuang asing di sini," kata Kirby.
Tetapi Kirby mengakui bahwa Pentagon tidak memiliki "visibilitas yang sempurna" tentang siapa yang bergabung dengan tujuan tersebut.
Sebelumnya, seorang pejabat senior pertahanan mengatakan kepada wartawan secara langsung:
"Kami tahu bahwa mereka mencoba merekrut warga Suriah untuk berperang."
Pejuang Asing Masuk ke Ukraina
Pejuang asing telah memasuki konflik Ukraina di kedua sisi.
Pemimpin kuat Chechnya Ramzan Kadyrov, mantan pemberontak yang berubah menjadi sekutu Kremlin, telah membagikan video para pejuang Chechnya bergabung dalam serangan di Ukraina dan mengatakan beberapa telah tewas dalam pertempuran itu.
Baca juga: Peretas Rusia dan Belarusia Lancarkan Serangan Phishing kepada Ukraina
Baca juga: Momen Tentara Ukraina Menikah di Tengah Invasi Rusia, Masih Pakai Seragam Militer
Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, mengklaim sekitar 20.000 sukarelawan asing telah melakukan perjalanan ke negara itu untuk bergabung dengan pasukan Kyiv.
Ibu kota dan kota terbesar kedua Kharkiv masih dipegang oleh pemerintah Ukraina.
Sementara Rusia telah merebut kota pelabuhan Kherson dan meningkatkan penembakannya terhadap pusat-pusat kota di seluruh negeri.
Serangan Rusia yang berlangsung hampir dua minggu telah menyebabkan lebih dari 1,5 juta orang melarikan diri dari negara itu dalam apa yang disebut PBB sebagai krisis pengungsi dengan pertumbuhan tercepat di Eropa sejak Perang Dunia II.
(Tribunnews.com/Yurika)