Barat Pasok Senjata ke Ukraina, Rusia Sebut Itu Perburuk Konflik, Ancam Menjadikannya Target
Pasokan senjata dari Barat ke Ukraina, membuat seruan AS untuk mengakhiri konflik tidak dianggap sebagai sinyal serius oleh Rusia.
Editor: Willem Jonata
Pernyataan itu muncul di tengah serangan militer Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina.
Moskow menuduh Kiev gagal menerapkan perjanjian Minsk untuk menyelesaikan konfliknya dengan apa yang saat itu merupakan dua wilayah yang memisahkan diri di Donbass, di timur Ukraina.
Rusia meluncurkan operasinya pada 24 Februari, dengan alasan bahwa itu ditujukan untuk "demiliterisasi" Ukraina atas nama melindungi rakyat republik Donbass, yang sekarang diakui Rusia sebagai negara merdeka.
Kiev mengecam operasi Rusia sebagai agresi yang sama sekali tidak beralasan dan mendekati AS dan sekutunya untuk meminta bantuan.
Presiden Volodymyr Zelensky telah meminta pesawat militer agar pilot Ukraina dapat terbang, serta meminta senjata lainnya.
Negara-negara Barat secara kolektif mengutuk tindakan militer Moskow.
Kemudian memberi sanksi pada Rusiayang belum pernah terjadi sebelumnya dan telah menjanjikan bantuan militer yang murah hati ke Ukraina.
AS sendiri mengizinkan pengiriman bantuan militer senilai $350 juta ke Ukraina bulan lalu.
Jerman, Belanda, Polandia dan Slovakia juga menjanjikan senjata ke Kiev, termasuk rudal anti-tank dan howitzer self-propelled.