Soal Invasi ke Ukraina, AS Tuding Rusia Minta Bantuan Militer ke China
AS menuding bahwa Rusia meminta bantuan militer ke China untuk membantu invasi ke Ukraina. Tudingan itu pun langsung ditepis oleh Rusia dan China.
Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Miftah
Selain itu, kata Tangen, China juga menyalahkan tindakan invasi yang dilakukan oleh Rusia dan menambahkan AS sebagai salah satu otak semakin memanasnya perang atas kedua negara.
“Dalam sudut pandang ekonomi, tidak ada perubahan. Dari perspektif China, AS telah menjadi otak dalam tragedi ini dan Rusia juga bersalah dengan menginvasi Ukraina.” imbuhnya.
Tudingan AS pun juga dibantah oleh Rusia mengenai meminta bantuan militer ke China.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov menyatakan bahwa pihak Rusia tidak pernah meminta bantuan militer kepada China.
Peskov juga menambahkan bahwa pasukan Rusia dirasa cukup untuk melakukan invasi ke Ukraina.
Kerjasama Rusia-China
China telah menjadi satu dari beberapa negara yang enggan untuk mengkritisi invasi Rusia ke Ukraina.
Hal konkret yang dilakukan adalah ketika Presiden China, Xi Jinping menerima kehadiran Presiden Rusia, Vladimir Putin ketika pembukaan Olimpiade Musim Dingin di Beijing.
Diterimanya Putin oleh Xin Jinping adalah seminggu sebelum Rusia melakukan invasi.
Selama kunjungan Putin ke China bulan lalu, kedua pemimpin tersebut dikabarkan telah mendeklarasikan hubungan ‘tanpa batas’ dan dibuktikan dengan adanya pernyataan di dalam sebuah perjanjian yang berjumlah 5.000 kata.
Pemerintah China juga telah mengatakan kepada AS agar tidak mempermasalahkan kerjasama yang dilakukan Rusia terhadap negaranya.
Baca juga: Viral Video Pilot Rusia Sebut Perang Ukraina adalah Kejahatan, Netizen Khawatirkan Keselamatannya
Pihak China menyatakan apabila AS mempermasalahkan kerjasama negaranya maka negara adidaya tersebut juga harus mengingat invasi terhadap Rusia yang ternyata ‘salah target’.
Sebagai informasi, invasi AS ke Irak berawal dari adanya dugaan temuan bahwa mantan Presiden Irak, Saddam Hussein menimbun senjata pemusnah masal.
Namun ternyata dugaan AS tersebut salah karena ketika ditelusuri, senjata pemusnah massal tersebut tidak pernah ditemukan hingga saat ini.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.