Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Vaksin Sputnik V Buatan Rusia Dievaluasi WHO Gara-gara Perang

Gara-gara invasi Rusia ke Ukraina, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memutuskan menunda evaluasi vaksin Covid-19 Sputnik V.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Vaksin Sputnik V Buatan Rusia Dievaluasi WHO Gara-gara Perang
Hyderus.com
Pemerintah Rusia mengklaim menjadi negara pertama di dunia yang mendaftarkan vaksin Corona (Covid-19). 

TRIBUNNEWS.COM, JENEWA  - Vaksin Covid-19 Sputnik V buatan Rusia kini terancam.

Gara-gara invasi Rusia ke Ukraina, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memutuskan menunda evaluasi vaksin Covid-19 Sputnik V.

Penundaan evaluasi Sputnik itu diungkapkan, Rabu (16/3/2022).

WHO mengungkapkan penundaan tersebut dilakukan karena situasi yang tak merata, disebabkan serangan Rusia ke Ukraina.

Ahli Vaksinasi WHO, Dr Mariangela Simao mengatakan seharusnya pejabat mereka mengunjungi Rusia pada Senin (7/3/2022), untuk mengevaluasi produksi Sputnik V.

Baca juga: Rusia Ledakkan Gedung Teater di Ukraina Tempat 1.200 Warga Sipil Berlindung

Namun, jadwal tersebut hanya selang sepekan sesudah Rusia melakukan serangan ke Ukraina.

“Inspeksi ini ditunda untuk waktu berikutnya. Penilaian bersama inspeksi, telah terdampak situasi saat ini,” tutur Simao dikutip CBC News.

Berita Rekomendasi

Ia menjelaskan memesan tiket pesawat ke Rusia semakin sulit, apalagi Barat telah menutup wilayah udara mereka terhadap pesawat Rusia.

Selain itu, sanksi berskala besar telah mendera institusi finansial Rusia karena serangan ke Ukraina.

“Ini telah didiskusikan dengan pelamar Rusia dan tanggal baru akan ditetapkan sesegera mungkin,” katanya.

WHO telah mengevaluasi vaksin Sputnik V Rusia untuk otorisasi penggunaan darurat sejak tahun lalu.

Otorisasi akan memungkinkan Sputnik V untuk digunakan sebagai bagian dari upaya Covax yang didukung PBB untuk mendistribusikan vaksin di seluruh dunia.

Selain itu juga akan memberikan kredibilitas pada upaya yang lambat dilakukan oleh beberapa negara.

Sebuah studi tahap akhir yang diterbitkan dalam jurnal Lancet pada 2020, yang melibatkan lebih dari 20.000 perserta menemukan bahwa Sputnik V aman dan sekitar 91 persen efektif melawan infeksi, dan dalam mencegah orang menjadi sakit parah akibat Covid-19.

Namun pada Oktober lalu, regulator obat Afrika Selatan menolak suntikan tersebut.

Mereka beralasan beberapa masalah keamanan yang tak dijawab oleh pabrikan Rusia tersebut.

Para pejabat Afrika Selatan khawatir bahwa teknologi yang digunakan dalam Sputnik V mungkin tak aman pada populasi dengan tingkat HIV tinggi.

Sumber: CBC News/Kompas.TV

Sumber: Kompas TV
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas