Pentagon: Vladimir Putin Kerahkan 75% Militer Rusia dalam Invasi Ukraina
AS memperkirakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin memiliki sekitar 75 persen dari total militernya untuk berkomitmen dalam perang di Ukraina.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Sebagian besar serangan militer Rusia di Ukraina dapat dihentikan oleh pertahanan Ukraina, tetapi militer Rusia terus menembakkan puluhan rudal dan roket ke sasaran sipil dan militer setiap hari, kata seorang pejabat senior pertahanan AS pada briefing di Brussels, Rabu (16/3/2022).
Dilansir The Week, AS memperkirakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin memiliki sekitar 75 persen dari total militernya untuk berkomitmen dalam perang di Ukraina.
Seorang pejabat kemudian mengklarifikasi bahwa angka 75 persen yang dimaksud sebagian besar mengacu pada "kelompok taktis batalyon," yang merupakan unit yang paling diandalkan Putin.
"Pada puncak perang kami di Irak dan Afghanistan, kami berkomitmen sekitar 29 persen," kata mantan komandan Angkatan Darat AS Eropa Letnan Jenderal Ben Hodges dari lembaga Center for European Policy Analysis (CEPA) pada hari Selasa.
"Dan sulit untuk mempertahankan itu."
Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan pada hari Selasa bahwa mengingat kerugian personel Putin yang signifikan di Ukraina, Rusia mengerahkan pasukan dari jauh seperti Distrik Militer Timur, Armada Pasifik, dan Armenia.
Rusia juga semakin berusaha untuk mengeksploitasi sumber-sumber tidak resmi seperti dari swasta, perusahaan militer, Suriah dan tentara bayaran lainnya.
Hodges mengatakan bahwa Pentagon melihat Rusia sengaja mendiskusikan kemungkinan pasukan pengganti.
"Mengingat kematian, cedera, dan pembelotan yang mereka derita setiap hari, tentu masuk akal bahwa mereka ingin mengeksplorasi opsi untuk mengisi kembali kerugian itu," ujarnya.
"Namun, kami belum melihat indikasi apa pun saat ini."
"Kami masih menilai bahwa mereka memiliki sejumlah besar kekuatan tempur yang tersedia untuk mereka di Ukraina."
"Cukup jelas bahwa para jenderal Rusia kehabisan waktu, amunisi, dan tenaga."
"Tidak ada kabar bahwa Rusia memiliki unit besar yang bersembunyi di hutan di suatu tempat, dan jelas bahwa 900.000 kekuatan militer Rusia adalah angka kosong."
Ukraina Sebut Rusia Kehilangan 77 Pesawatnya sejak Invasi, 12.000 Tentara Terbunuh, 389 Tank Disita
Rusia telah kehilangan 77 pesawatnya sejak menginvasi Ukraina pada 24 Februari lalu, menurut Kementerian Luar Negeri Ukraina seperti dilansir Newsweek, Senin (14/3/2022).
Sebuah pernyataan oleh kementerian Ukraina mengatakan bahwa Rusia juga kehilangan 90 helikopter sejak pertempuran dimulai.
Dikatakan juga bahwa lebih dari 12.000 personel militer Rusia telah tewas dan 389 tank telah disita dari pasukan Rusia.
Situs web militer Oryx juga memberikan angka tentang peralatan militer yang telah disita, rusak, atau ditinggalkan.
Oryx memantau penghancuran peralatan militer melalui laporan sumber terbuka, seperti media sosial.
Baca juga: Putin Izinkan Maskapai Rusia Terbangkan Pesawat Milik Asing di Rute Domestik
Baca juga: Gelombang Pasukan Rusia Terus Berdatangan tapi Pejabat Ukraina PeDe Perang akan Berakhir Bulan Mei
Setiap laporan kehilangan perlu didukung dengan bukti foto.
Perhitungan Oryx soal pesawat yang ditangkap atau dijatuhkan oleh angkatan bersenjata Ukraina jauh lebih rendah.
Diperkirakan hanya 13 pesawat Rusia yang hilang sejak perang dimulai.
Dikatakan Ukraina telah kehilangan 9 pesawat.
Rusia belum memberikan angka terbaru tentang korban perang dan kehilangan peralatan militer, termasuk pesawat.
Sementara itu, Moskow telah meningkatkan serangan baru-baru ini.
Pasukan memperluas operasi militernya ke Ukraina Barat, termasuk ke Kota Lviv, yang pada awalnya dianggap sebagai bagian negara yang aman.
Pada hari Minggu, Rusia menyerang sebuah pangkalan militer dekat perbatasan Ukraina dengan Polandia, yang merupakan negara anggota NATO.
Baca juga: Wanita Ini Lakukan Sabotase Stasiun TV Rusia saat Sedang Siaran Live, Bentangkan Poster ‘No War’
Baca juga: Sejumlah Negara Asia Minta Perusahaan Cryptocurrency Jatuhkan Sanksi untuk Rusia
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebelumnya pada hari Senin memperingatkan ancaman Rusia terhadap "rumah" NATO setelah serangan di dekat perbatasan Polandia.
Presiden Polandia Andrezej Duda mengatakan kepada BBC dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada hari Minggu bahwa NATO dapat terseret ke dalam konflik jika Presiden Rusia Vladimir Putin memilih untuk menggunakan senjata pemusnah massal.
"Seperti yang kami katakan di Polandia, menggunakan sedikit ekspresi bahasa Inggris, jika dia menggunakan senjata pemusnah massal maka ini akan menjadi pengubah permainan dalam semuanya."
"Yang pasti, NATO dan para pemimpinnya, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, harus duduk di meja dan benar-benar harus berpikir serius tentang apa yang harus dilakukan."
"Karena ketika itu mulai berbahaya, tidak hanya untuk Eropa, tidak hanya untuk wilayah kita, tetapi untuk seluruh dunia."
Presiden AS Joe Biden telah bersumpah untuk "mempertahankan setiap inci" wilayah NATO.
Namun ia memperingatkan bahwa jika NATO berperang dengan Rusia, maka itu akan menjadi "Perang Dunia III."
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)