Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menlu Rusia: Negara Barat Coba Sabotase Negosiasi Rusia-Ukraina dengan Isu Bucha

Lavrov menegaskan, provokasi di Bucha terjadi tepat saat Ukraina meluncurkan kemungkinan saran perdamaian, termasuk yang berkaitan dengan Krimea.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Erik S
zoom-in Menlu Rusia: Negara Barat Coba Sabotase Negosiasi Rusia-Ukraina dengan Isu Bucha
AFP/RONALDO SCHEMIDT
Mayat tergeletak di jalan di Bucha, barat laut Kyiv, saat Ukraina mengatakan pasukan Rusia membuat "mundur cepat" dari daerah utara sekitar Kyiv dan kota Chernigiv, pada 2 April 2022. - Mayat sedikitnya 20 pria berpakaian sipil ditemukan tergeletak di satu jalan Sabtu setelah pasukan Ukraina merebut kembali kota Bucha dekat Kyiv dari pasukan Rusia, kata wartawan AFP. Pasukan Rusia menarik diri dari beberapa kota dekat Kyiv dalam beberapa hari terakhir setelah upaya Moskow untuk mengepung ibukota gagal, dengan Ukraina menyatakan bahwa Bucha telah "dibebaskan". (Photo by RONALDO SCHEMIDT / AFP) 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan pada Selasa kemarin bahwa negara Barat saat ini sedang mencoba menyabotase negosiasi antara Rusia dan Ukraina, dengan memicu hype terkait provokasi isu kejahatan perang di kota Bucha, Ukraina.

Ia menegaskan, provokasi di Bucha terjadi tepat saat Ukraina meluncurkan kemungkinan saran perdamaian, termasuk yang berkaitan dengan Krimea.

Dikutip dari laman Sputnik News, Rabu (6/4/2022), jika upaya yang ia tuding dilakukan oleh Barat ini terus berlanjut, ada risiko bahwa negosiasi antara Rusia dan Ukraina yang sedang berlangsung ini akan mengulangi nasib perjanjian Minsk.

"Sesuatu yang seharusnya tidak terjadi," kata Lavrov.

Baca juga: Penjelasan Kremlin tentang Dugaan Pembantaian di Bucha, Sebut Barat Tutup Mata dan Telinga

Sebelumnya, negosiasi terakhir yang diadakan di Istanbul, Turki berlangsung pada akhir Maret lalu dan dianggap berhasil.

Saat itu Rusia mengklaim bahwa Ukraina 'mengkonfirmasi kebutuhan untuk memastikan status non-nuklir, non-blok Ukraina' dan keamanannya di luar NATO.

Berita Rekomendasi

Selain itu Ukraina juga disebut mengakui 'Masalah Krimea dan Donbass akhirnya terselesaikan'.

"Agar kami memiliki kemajuan nyata, bukan ilusi, kami meminta sinyal yang jelas dikirim (Barat) ke Ukraina agar tidak menyabotase proses. Jika tidak, kami berisiko mengulangi nasib perjanjian Minsk, dan kami tidak akan pernah menyetujui ini," tegas Lavrov.

Lavrov kemudian melanjutkan dengan mengatakan bahwa Rusia prihatin dengan keputusan Ukraina untuk menuntut ratifikasi kesepakatan damai potensial dan referendum.

Baca juga: Berita Foto : Presiden Ukraina Kunjungi Kota Bucha

Menurut Lavrov, ini mungkin akan memperumit proses negosiasi.

Pernyataan Lavrov ini disampaikan saat media Barat bersama dengan outlet media Ukraina, terus memicu narasi bahwa Rusia yang berada di balik pembunuhan massal warga sipil di kota Bucha, Ukraina.

Tudingan ini mengutip rekaman video yang menunjukkan mayat yang berserakan di jalan-jalan kota itu sebagai buktinya.

Namun rekaman tersebut tampaknya dipertanyakan, karena banyak pengamat mengatakan bahwa 'mayat' itu bergerak atau bahkan berdiri saat kamera bergerak melewati mereka.

Baca juga: FAKTA Dugaan Pembantaian Warga di Bucha, Ada 300 Mayat Ditemukan hingga Biden Minta Putin Diadili

Rusia menyebut bahwa tuduhan Bucha ini adalah 'provokasi lain' yang dilakukan, terutama media barat dan ditujukan untuk melemparkan fitnah kepada Rusia.

Sementara itu, Rusia telah dua kali meminta digelarnya sidang darurat Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai situasi Bucha, namun Inggris yang saat ini (memimpin DK PBB) telah menolak 'kedua kalinya' untuk mengadakan pertemuan tersebut.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas