Dubes Zuhairi Bangga, Mahasiswa Asal Indonesia Lulus Cumlaude dari Universitas Zaitunah di Tunisia
Mahasiswa Indonesia asal Madura di pascasarjana Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Zaitunah, Ahmad Khalilurrahman Abdul Qodir.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, TUNIS - Duta Besar RI untuk Tunisia, Zuhairi Misrawi, menghadiri ujian Magister mahasiswa Indonesia asal Madura di pascasarjana Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Zaitunah, Ahmad Khalilurrahman Abdul Qodir.
Tema yang diangkat, Abul Abbas Ibnu Suraij dan Pengaruhnya dalam Fikih Muamalah.
"Saya mempunyai tradisi, menghadiri sidang ujian mahasiswa Indonesia di berbagai kampus Tunisia. Hari ini saya menghadiri ujian Magister mahasiswa pascasarjana asal Madura di Universitas Zaitunah."
"Sungguh sangat membanggakan, karena mampu mempertahankan tesisnya di hadapan para guru besar Universitas Zaitunah," ujar Zuhairi Misrawi dalam keterangannya, Jumat (8/4/2022).
Ia menambahkan, para penguji memberikan nilai cumlaude dengan apresiasi, karena Ahmad Khalilurrahman Abdul Qodir berhasil mempertahankan tesisnya dengan sangat memuaskan.
"Para penguji memperikan apresiasi, karena kajian tentang Imam Syafii termasuk hal baru di tengah warga Tunisia yang mayoritas bermazhab Maliki."
" Ini juga menunjukkan Zaitunah sebagai perguruan tinggi yang menjunjung tinggi tradisi akademis, karena memberikan ruang terbuka bagi para mahasiswa untuk melakukan kajian pada mazhab-mazhab di luar mayoritas", ujar Dubes RI yang lulus dari Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir ini.
Baca juga: Saat Dubes RI untuk Tunisia Blusukan ke WNI, Berikan Santunan Ramadhan
Sementara dalam tesisnya, Ahmad Khalilurrahman Abdul Qodir menegaskan, Ibnu Suraij merupakan ulama pembaru fikih mazhab Syafii pada abad ketiga hijriyah. Keulamaannya diakui oleh Imam Nawawi dan Imam Tajuddin al-Subki.
"Ibnu Suraij berjasa dalam menyusun kaidah-kaidah taklid dan takhrij. Menariknya, ia mengambil jalan baru dari berbagai pandangan di dalam mazhab, bahkan ia kadang berbeda pandangan dengan Imam Syafii dan beberapa pengikutnya", ujar lulusan Pesantren Bata-Bata, Pamekasan, Madura.
Dubes RI untuk Tunisia menegaskan para penguji memberikan apresiasi, karena tesis ini membuktikan bahwa bermazhab bukan memupuk fanatisme, melainkan menjaga integritas gagasan.
"Ibnu Suraij mengajarkan pada kita agar berilmu dengan menggunakan hati nurani dan akal sehat, sehingga tradisi bermazhab terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Imam Syafii saja punya pandangan lama dan pandangan baru," pungkasnya.