Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Vladimir Putin Copot Komandan Perang Rusia di Ukraina

Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan pergantian komandan dalam penyerangan ke Ukraina.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Vladimir Putin Copot Komandan Perang Rusia di Ukraina
AFP/HANDOUT
Dalam pengambilan video ini diambil dari cuplikan selebaran yang tersedia pada 24 Februari 2022 di situs web resmi Presiden Rusia (kremlin.ru) Presiden Rusia Vladimir Putin berpidato di hadapan bangsa di Kremlin di Moskow. - Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan "operasi militer" di Ukraina pada 24 Februari dan meminta tentara di sana untuk meletakkan senjata mereka, menentang kemarahan Barat dan seruan global untuk tidak melancarkan perang. (Photo by Handout / KREMLIN.RU / AFP) 

TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan pergantian komandan dalam penyerangan ke Ukraina.

Putin dilaporkan memasang Jenderal Alexander Dvornikov sebagai pemimpin senior dalam penyerangan ke Ukraina.

Namun tidak disebutkan siapa komandan perang sebelumnya di Ukraina.

Dvornikov sebelumnya memimpin penyerangan Rusia di Suriah.

Sebuah sumber dari BBC mengungkapkan tentang perubahan kepemimpinan tersebut.

“Komandan saat ini memiliki banyak pengalaman terkait operasi Rusia di Suriah,” ujar sumber itu.

“Jadi kami memperkirakan, secara keseluruhan akan ada peningkatan terhadap kontrol dan komando,” tambahnya.

Baca juga: Kisah Tentara Remaja Rusia yang Tewas di Medan Perang, Baru Menikah Langsung Dikirim ke Ukraina

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Jenderal Alexander Dvornikov. Jenderal Dvornikov ditugaskan memimpin pasukan Rusia di Ukraina setelah sebelumnya bertugas di Suriah. (Sumber: Alexei Nikolsky/Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Jenderal Alexander Dvornikov. Jenderal Dvornikov ditugaskan memimpin pasukan Rusia di Ukraina setelah sebelumnya bertugas di Suriah. (Sumber: Alexei Nikolsky/Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP) ()
BERITA REKOMENDASI

Perubahan ini diyakini karena Putin mengingnkan agar kesuksesan penyerangan di Ukraina bisa sesuai target yaitu pada 9 Mei nanti.

Sumber tersebut mengungkapkan bahwa perubahan komando itu dilakukan Putin untuk meningkatkan koordinasi antara berbagai unit.

Rusia melancarkan serangan ke Ukraina, dengan apa yang disebut Putin sebagai 'operasi militer khusus' pada 24 Februari lalu.

Awalnya, Putin dilaporkan meyakini penyerangan akan selesai dalam 72 jam.

Namun, perlawanan keras dari Ukraina membuat pasukan Rusia kesulitan untuk menduduki sejumlah wilayah.


Rusia pun kemudian memutuskan mundur dari dua kota penting Ukraina, Kiev dan Chernihiv.

Pasukan Putin disebutkan memfokuskan diri untuk melakukan serangan hanya di Donetsk dan Ukraina Timur.

Rusia sendiri dilaporkan sudah kehilangan sejumlah jenderal pentingnya selama serangan ke Ukraina.

Jenderal tertinggi di Rusia yang terbunuh dalam penyerangan ke Ukraina adalah Letnan Jenderal Yakov Rezantsev.

Kementerian Pertahanan Ukraina melaporkan Rezantsev terbunuh pada 27 Maret lalu.

Dikutip dari BBC, Rezantsev adalah komandan tentara gabungan ke-49 Rusia.

Seorang pejabat Barat mengatakan, dia adalah jenderal ketujuh yang tewas di Ukraina.

Juga, letnan jenderal kedua atau perwira tertinggi yang dilaporkan tewas.

Diperkirakan, kondisi moral yang rendah di antara pasukan Rusia telah memaksa perwira senior berada di garis depan peperangan.

Media Ukraina melaporkan pada hari Jumat bahwa letnan jenderal Rezantsev tewas di pangkalan udara Chornobaivka dekat Kherson.

Pangkalan itu digunakan Rusia sebagai pos komando dan telah diserang oleh militer Ukraina beberapa kali.

Letnan jenderal lainnya, Andrei Mordvichev, dilaporkan tewas oleh serangan Ukraina di pangkalan yang sama.

Meskipun Rusia hanya mengonfirmasi satu kematian jenderal, Kyiv dan pejabat Barat percaya ada tujuh jenderal yang telah tewas dalam pertempuran sejak perang dimulai.

Namun kematian Mayor Jenderal Magomed Tushayev dari garda nasional Chechnya masih diperdebatkan.

Sebab, tidak biasa bagi perwira senior Rusia untuk berada begitu dekat dengan medan perang.

Sementara, pejabat Barat percaya bahwa mereka telah dipaksa untuk bergerak ke garis depan untuk menghadapi kondisi moral rendah di antara pasukan Rusia.

Perlawanan Ukraina yang kuat secara tak terduga, peralatan Rusia yang buruk, dan jumlah korban tewas yang tinggi di antara pasukan Rusia, semuanya dianggap berkontribusi pada moral yang rendah.

Pasukan Rusia sebagian diyakini hanya mengandalkan sistem komunikasi terbuka.

Misalnya ponsel dan radio analog, yang mudah dicegat dan dapat membocorkan lokasi perwira tinggi.

Seseorang di dalam lingkaran dalam Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan kepada Wall Street Journal bahwa Ukraina memiliki tim intelijen militer yang didedikasikan untuk menargetkan kelas perwira Rusia.

Pada hari Jumat, seorang pejabat Barat melaporkan seorang kolonel Rusia telah sengaja ditabrak dan dibunuh oleh anak buahnya sendiri.

Hal ini sebagai akibat dari skala kerugian yang diambil oleh brigadenya.

"Pembunuhan komandan brigade senapan motor ke-37 memberikan wawasan tentang beberapa tantangan moral yang dihadapi pasukan Rusia," kata pejabat itu.

Sejauh ini, Vladimir Putin hanya mengacu pada kematian satu jenderal, yang diduga Mayjen Andrey Sukhovetsky, dalam pidatonya setelah dimulainya perang.

Rusia mengatakan 1.351 tentara tewas sejak perang dimulai di Ukraina, meskipun pejabat Kyiv dan barat mengatakan jumlahnya jauh lebih tinggi.

Sumber: BBC/Wall Street Journal/Kompas.TV

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas