154 Orang Tewas akibat Serangan Kelompok Bersenjata di Nigeria
Korban tewas akibat serangan kelompok bersenjata di desa-desa di negara bagian Plateau Nigeria melonjak menjadi 154.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
TRIBUNNEWS.COM - Korban tewas akibat serangan di desa-desa di negara bagian Plateau Nigeria telah melonjak menjadi 154 orang.
Sementara itu, diperkirakan 4.800 orang telah meninggalkan rumah karena takut akan kekerasan lebih lanjut.
Penduduk desa diserang oleh orang-orang bersenjata dengan sepeda motor yang menembak secara acak ke rumah-rumah dan toko selama amukan pada hari Minggu (10/4/2022), di negara bagian Plateau tengah.
Rumah-rumah dan toko-toko dibakar habis dan orang-orang yang mencoba melarikan diri dan bersembunyi dikejar dan ditembak.
Mayat mereka baru ditemukan dalam beberapa hari terakhir, kata pejabat setempat.
Ya'u Abubakar, seorang anggota dewan senior distrik pedesaan Garga di daerah pemerintah daerah Kanem di Plateau mengatakan, 154 orang telah tewas.
“Semua yang kami miliki dalam catatan kami (jumlah) dari mereka yang tewas adalah 154, termasuk yang ditemukan di semak-semak,” kata Abubakar, sebagaimana dilansir Al Jazeera.
Baca juga: Mahasiswa asal Nigeria dan India Mengaku Alami Perlakuan Rasis di Perbatasan Ukraina
Baca juga: Eropa Kembalikan Artefak Jarahan Era Kolonial ke Nigeria dan Benin
Korban tewas sekarang tiga kali lebih tinggi dari yang dilaporkan sebelumnya.
Abubakar mengatakan penguburan massal sedang berlangsung karena masyarakat yang terkejut di daerah itu mencoba berdamai dengan pembantaian itu.
Tentara telah dikerahkan untuk mengejar orang-orang bersenjata.
Menteri Penerangan Nigeria Lai Mohammed mengatakan kepada wartawan bahwa geng kriminal bersenjata dan pejuang Boko Haram bertanggung jawab atas serangan itu.
"Apa yang terjadi sekarang adalah bahwa ada semacam jabat tangan yang tidak suci antara bandit dan pemberontak Boko Haram," kata menteri.
Kelompok Bersenjata Semakin Brutal
Secara lokal dikenal sebagai bandit, geng penjahat ini telah meneror penduduk desa selama bertahun-tahun melalui penculikan untuk mendapatkan uang tebusan.