Imbas Perang di Ukraina, Harga Pangan di Senegal Melonjak hingga 30 Persen
Perang di Ukraina juga menambah tekanan bagi keluarga di Afrika Barat, yang saat ini sedang menyambut bulan suci Ramadan.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, DAKAR - Harga pangan di Afrika Barat telah melonjak antara 20 hingga 30 persen selama lima tahun terakhir.
Kekeringan telah mendorong jutaan penduduk di Afrika Barat untuk berhenti beraktivitas di lahan pertanian mereka, sehingga produksi makanan ikut terhenti.
Kenaikan harga pangan terjadi saat penutupan perbatasan selama pandemi Covid-19, yang telah mengganggu rantai pasokan.
Baca juga: Pemilik Usaha di Korea Selatan Resah, Dampak Perang di Ukraina Mulai Terasa
Perang di Ukraina juga menambah tekanan bagi keluarga di Afrika Barat, yang saat ini sedang menyambut bulan suci Ramadan.
Seorang warga Senegal, Astou Mandiang bercerita tidak seperti tradisi Ramadan pada biasanya, kini tidak ada daging di mangkuk perak besar saat ia dan keluarganya berkumpul setelah berbuka puasa di malam hari.
Mandiang menambahkan, ia sempat terkejut saat menghitung kembalian setelah berbelanja, dan baru diberi tahu bahwa harga bahan pangan telah naik.
“Ketika penjaga toko memberi kami kembalian, kami pikir mereka melakukan kesalahan. Mereka memberi tahu kami bahwa harganya telah naik, dan tidak ada yang bisa kami lakukan,” kata Mandiang seperti dikutip dari Reuters, Kamis (14/4/2022) .
Mandiang kini mengandalkan ikan yang harganya jauh lebih murah daripada daging, dan menjadi satu-satunya protein hewani yang mampu ia beli untuk keluarganya.
Dia mengatakan, sebelumnya ia telah menimbun bawang, yang terkenal sebagai bumbu kunci untuk banyak hidangan tradisional di Senegal, yang saat ini harganya semakin melambung.
Selain daging sapi dan bawang, minyak goreng juga melonjak sekitar 50 persen dan harga beras naik sekitar 10 persen.
Baca juga: Harga Komoditas Energi dan Pangan Global Naik, Pemerintah Pertebal Bansos dan Tingkatkan Alokasi KUR
Menurut salah satu perwakilan dari organisasi Action Against Hunger, Mamadou Diop mengatakan sebagian besar bahan makanan tradisonal di Senegal, termasuk beras merupakan hasil impor.
“Saat ini kami bergantung pada logistik eksternal,” kata Mamadou Diop.
Naiknya harga daging sapi di Senegal salah satunya dipicu oleh sanksi ekonomi yang diterima negara tetangganya, Mali atas kudeta militer. Saat ini Mali tidak lagi bisa mengirim hasil ternaknya untuk melintasi perbatasan.
Badan-badan amal di Senegal, yang mendistribusikan makanan selama Ramadan juga sedang berjuang untuk mendanai sumbangan yang biasa mereka berikan.
Seorang pekerja amal, Astou Ndour mengatakan tahun ini organisasi amalnya hanya mampu mendukung 80 keluarga, dibandingkan pada Ramadan tahun lalu yang mampu membantu sebanyak 90 keluarga di Senegal.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.