Rusia Sebut Zelensky Dipermainkan Barat, Akui Krisis Berakhir Jika Perjanjian Minsk Ditaati
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov mengatakan bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky digunakan Barat untuk melawan Rusia.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov mengatakan bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky digunakan Barat untuk melawan Rusia.
Hal ini diungkapkan Lavrov dalam wawancara eksklusif dengan saluran televisi India Today, Selasa (19/4/2022).
"Saya pikir Barat memainkan Zelensky melawan Rusia. Dan (Barat) melakukan segalanya untuk memperkuatnya dalam keinginan untuk mengabaikan Perjanjian Minsk," kata Lavrov.
"Seandainya dia (Zelensky) bekerja sama dalam mengimplementasikan Perjanjian Minsk, krisis akan berakhir (waktu) yang lama," ujarnya, dikutip dari media Rusia, TASS.
Baca juga: DAFTAR 8 Jenderal Rusia yang Tewas dalam Perang Ukraina: Andrey Sukhovetsky hingga Vladimir Frolov
Baca juga: Lebih dari 420 Mayat Telah Ditemukan di Bucha Ukraina
Apa itu Perjanjian Minsk?
Perjanjian Minsk adalah serangkaian perjanjian internasional yang bertujuan untuk mengakhiri perang di wilayah Donbas.
Donbas merupakan sebutan untuk wilayah di Ukraina timur yang meliputi wilayah Donetsk and Luhansk.
Kesepakatan ini berisi langkah-langkah untuk mendeklarasikan gencatan senjata, menarik senjata, menyatakan amnesti, memulihkan hubungan ekonomi, dan melakukan reformasi konstitusional di Ukraina melalui dialog dengan Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk yang memproklamirkan diri (DPR, LPR).
Hal ini dilakukan untuk mendesentralisasikan kekuasaan dan memberikan dukungan status khusus ke distrik tertentu di wilayah Donetsk dan Luhansk.
Namun, proses negosiasi sebenarnya terhenti karena penolakan Kyiv untuk memenuhi ketentuan politik kesepakatan Minsk.
Dilaporkan TASS, secara khusus, pemerintah Ukraina menolak mengadakan dialog langsung dengan DPR dan LPR, menentang konsolidasi status khusus daerah dalam konstitusi, dan juga menuntut agar bagian perbatasan dengan Rusia di Donbass ditempatkan di bawah kendali Ukraina sampai politik bagian dari kesepakatan dilaksanakan.
Pada 15 Februari 2022, Duma Rusia dengan suara bulat meminta Presiden Vladimir Putin untuk mengakui LPR dan DPR yang telah memproklamirkan diri.
Rusia kemudian secara resmi mengakui Republik Rakyat Luhansk dan Donetsk pada 21 Februari 2022.
Menyusul keputusan ini, pada 22 Februari 2022, Presiden Putin mengatakan bahwa perjanjian Minsk "tidak ada lagi", dan Ukraina yang harus disalahkan atas keruntuhan mereka.
Putin juga menuduh Ukraina melakukan genosida di Donbas.
Dua hari kemudian, pada 24 Februari 2022, Rusia melancarkan invasi ke Ukraina.
Serangan di Luhansk dan Donetsk
Tensi pertempuran di Donbas, yang meliputi Donetsk dan Luhansk, sedang meningkat.
Hal ini disampaikan Kementerian Pertahanan Inggris dalam pengarahan intelijen terbaru.
"Serangan Rusia di kota-kota di seluruh Ukraina menunjukkan niat mereka untuk mencoba dan mengganggu pergerakan bala bantuan dan persenjataan Ukraina ke timur negara itu," kata kementerian, dikutip dari Al Jazeera.
Pihaknya menambahkan bahwa aktivitas udara Rusia kemungkinan akan tetap rendah di Ukraina utara, tetapi "masih ada risiko serangan presisi pada target prioritas" di seluruh negeri.
Serangan Rusia telah merusak pipa gas di Kota Novodruzhesk di wilayah Luhansk, menurut kepala pemerintahan regional, Serhiy Gaidai.
Setelah tengah malam, katanya, Rusia juga menembaki dua bangunan tempat tinggal di dua area pusat kota.
Baca juga: Pemimpin Separatis Pro-Rusia: Republik Rakyat Donetsk Dukung Zaporizhzhia Pisahkan Diri dari Ukraina
Baca juga: Pengusaha Jerman Kompak Tolak Perintah Uni Eropa untuk Boikot Gas Rusia
Sementara itu, militer Ukraina mengatakan pertempuran dengan pasukan Rusia berlanjut di Kreminna di wilayah Luhansk, Kramatorsk di wilayah Donetsk, dan desa Zelena Dolyna di wilayah Dnipropetrovsk.
Alexander Stupun, juru bicara Staf Umum Angkatan Bersenjata, mengatakan perang juga berlanjut di Kharkiv timur, yang sebagian diblokir pasukan Rusia.
Namun menurutnya, Rusia kini fokus untuk merebut Kota Mariupol dan mengambil kendali penuh atas wilayah Luhansk dan Donetsk.
Dia menambahkan militer Ukraina menangkis 10 serangan dalam beberapa hari terakhir di dua wilayah.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)