Pemimpin Chechnya Sebut Rusia akan Kuasai Mariupol Hari Ini: Sebelum atau setelah Makan Siang
Pemimpin Chechnya mengatakan, pasukan Rusia akan merebut Mariupol hari ini, menjadi kota terbesar yang akan direbut oleh Rusia sejak awal invasi.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Chechnya, sekutu utama Presiden Rusia Vladimir Putin, mengatakan pasukan Rusia akan merebut benteng utama perlawanan terakhir di kota Mariupol yang terkepung pada hari ini, Kamis (21/4/2022).
Mariupol akan menjadi kota terbesar yang akan direbut oleh Rusia sejak menginvasi Ukraina delapan minggu lalu dalam serangan yang memakan waktu lebih lama dari perkiraan beberapa analis militer.
Lebih dari lima juta orang melarikan diri ke luar negeri dan Mariupol menjadi kota penuh dengan puing-puing.
"Sebelum makan siang, atau setelah makan siang, Azovstal akan sepenuhnya berada di bawah kendali pasukan Federasi Rusia," kata Ramzan Kadyrov, kepala republik Chechnya, seperti dilansir CNA.
Sebagai informasi, Azovstal merupakan salah satu perusahaan rolling baja terbesar di Ukraina.
Baca juga: Para Menteri Keuangan G7 Janjikan Bantuan Lebih dari 24 Miliar Dolar AS untuk Ukraina
Baca juga: Kelompok Neo Nazi Ukraina Batalyon Azov di Mariupol Tolak Menyerah ke Rusia
Kementerian pertahanan Ukraina belum memberikan komentarnya terkait hal tersebut.
Sementaram staf umum Ukraina mengatakan pada Kamis pagi, serangan rudal dan bom berlanjut di seluruh negeri.
Puluhan warga sipil berhasil meninggalkan kota pada Rabu dengan konvoi bus kecil, menurut saksi mata Reuters.
Seorang komandan marinir Ukraina, Serhiy Volny, mengatakan para pejuang di pabrik baja mungkin tidak dapat bertahan lebih lama lagi.
Presiden Volodymyr Zelenskyy mengatakan sekitar 1.000 warga sipil berlindung di sana.
Ukraina siap untuk "putaran negosiasi khusus" tanpa syarat "untuk menyelamatkan orang-orang kami ... militer, warga sipil, anak-anak, yang hidup dan yang terluka," kata perunding Ukraina Mykhailo Podolyak di Twitter.
Kyiv telah mengusulkan untuk menukar tawanan perang Rusia dengan jalan yang aman bagi warga sipil dan tentara yang terperangkap.
Pejuang tetap bersembunyi di pabrik dan mengabaikan ultimatum Rusia untuk menyerah.
Kehancuran Mariupol