Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mantan Kanselir Gerhard Schroeder: Jerman 'Tidak Bisa Mengisolasi' Rusia

Mantan Kanselir Jerman Gerhard Schroeder menegaskan bahwa Jerman membutuhkan pasokan energi Rusia yang besar

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Mantan Kanselir Gerhard Schroeder: Jerman 'Tidak Bisa Mengisolasi' Rusia
Freepik.com
Bendera Rusia 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, BERLIN - Mantan Kanselir Jerman Gerhard Schroeder menegaskan bahwa Jerman membutuhkan pasokan energi Rusia yang besar untuk mempertahankan kekuatan industrinya.

Akibat menyebut hal itu, dirinya diburu oleh media internasional dan dibenci di kota kelahirannya Hannover karena kedekatannya dengan Rusia,

Saat para pemimpin Jerman kini menjauhkan diri dari seruan untuk embargo impor minyak dan gas Rusia, The New York Times menerbitkan sebuah wawancara pada Sabtu kemarin dengan Schroeder.

Schroeder merupakan mantan Kanselir negara itu yang mengawasi pembangunan pipa Nord Stream pertama dan melanjutkan karirnya memberikan nasehat kepada beberapa perusahaan Rusia yang bergerak di bidang energi.

Dikutip dari laman Russia Today, Minggu (24/4/2022), tokoh Jerman yang secara pribadi tetap dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin ini telah menghadapi kritik pedas di dalam negeri atas perannya dalam mendorong ketergantungan Jerman pada gas Rusia.

Meskipun penggantinya kala itu, Angela Merkel, menolak untuk mengurangi ketergantungan tersebut.

Berita Rekomendasi

Tim sepak bola favoritnya, Borussia Dortmund pun mendesaknya untuk mengutuk Putin.

Begitu pula mantan rekan-rekannya di Partai Sosial Demokrat (PSD), bahkan karena kedekatannya dengan Putin, mereka telah menyerukan pengusirannya dan memintanya melepaskan kewarganegaraan kehormatannya di kota kelahirannya Hannover, sebelum kota itu dapat mencabutnya darinya.

Perlu diketahui, mantan pemimpin Jerman terakhir yang telah dicabut gelar 'kewarganegaraan kehormatannya' di Hannover adalah Adolf Hitler.

Baca juga: Mantan Kanselir Gerhard Schroeder Ingatkan Jerman Sangat Butuh Rusia

Namun, Schroeder menegaskan bahwa Rusia dan Jerman memang saling membutuhkan.

"Mereka membutuhkan minyak dan gas untuk membayar anggaran mereka. Dan kita membutuhkan minyak dan gas untuk memanaskan dan menjaga perekonomian tetap berjalan. Industri Jerman membutuhkan bahan baku yang dimiliki Rusia, bukan hanya minyak dan gas. Dan ini adalah bahan mentah yang tidak bisa diganti begitu saja," tegas Schroeder.

Ia tidak sendirian dalam pandangannya itu, karena Merkel menentang ancaman sanksi dari Amerika Serikat (AS) dan mendorong jalur pipa Nord Stream 2.

Pemerintah yang dipimpin PSD saat ini memang menghentikan proyek yang hampir selesai dalam beberapa hari setelah serangan Rusia terhadap Ukraina.

Namun dengan pemerintah yang sama mendesak untuk menutup tiga pembangkit nuklir Jerman yang tersisa, para pemimpin di negara itu menyadari bahwa tanpa energi Rusia, ekonomi Jerman bisa runtuh.

"Saya sama sekali tidak melihat bahwa embargo gas akan mengakhiri perang. Kami ingin menghindari krisis ekonomi yang dramatis, hilangnya jutaan pekerjaan dan pabrik yang tidak akan pernah dibuka lagi. Itu akan memberikan konsekuensi serius bagi negara kami, untuk seluruh Eropa, dan itu juga akan sangat mempengaruhi pembiayaan rekonstruksi Ukraina," kata Kanselir Olaf Scholz kepada surat kabar mingguan Jerman, Der Spiegel, pada Jumat lalu.

Industrialis Jerman pun telah mengambil posisi yang sama, karena BASF, perusahaan kimia terbesar di dunia, beberapa minggu lalu memperingatkan bahwa mereka akan menghentikan produksi jika impor gas dari Rusia terganggu.

Kepala Federasi Industri Jerman juga telah menyatakan bahwa embargo gas akan menyebabkan 'kerusakan virtual jaringan industrinya'.

Perlu diketahui, gas sering menjadi komoditas yang paling banyak dibicarakan dalam hal hubungan energi Jerman dengan Rusia, mengingat fakta bahwa Jerman mengimpor lebih dari setengah gas alamnya dari Rusia.

Baca juga: Inflasi di Jerman Menggila, Tembus Rekor Baru 7,3 Persen, Tertinggi Sejak 1949

Jerman juga mengandalkan Rusia untuk mengirimkan lebih dari sepertiga minyak impornya, dan Uni Eropa (UE) saat ini hampir melarang impor penting ini, meskipun di tengah aksi protes yang disampaikan Jerman.

"Sepertiga dari impor minyak kami berasal dari Rusia, jika kami menghentikan ini, maka besok kami tidak akan bisa pindah ke Jerman lagi," kata Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock bulan lalu.

Kendati demikian, ia telah mengubah posisinya untuk mendukung larangan minyak dan gas secara bertahap.

Schroeder menegaskan bahwa embargo energi penuh 'tidak akan terjadi'.

"Ketika perang ini berakhir, kita harus kembali berurusan dengan Rusia. Kami selalu melakukannya," pungkas Schroeder.

Sumber

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas