Zelensky Sebut Rusia Negara Teroris, Buntut Serangan Rudal di Odesa yang Tewaskan Bayi 3 Bulan
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengutuk serangan rudal pasukan Rusia di Odesa, yang menewaskan 18 orang, termasuk bayi 3 bulan.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
Pejabat Ukraina mengklaim pada Sabtu, Rusia telah secara paksa mendeportasi warga Mariupol ke Primorsky Krai, di wilayah Timur Jauh Rusia.
Baca juga: UPDATE Invasi Rusia ke Ukraina Hari ke-59, Berikut Ini Sejumlah Peristiwa yang Terjadi
Baca juga: Rusia Blokade Pabrik Baja Azovstal dan Deklarasikan Kemenangan, Mariupol Bertahan dalam Pengepungan
"Rusia mengirim warga Ukraina dari Mariupol ke Primorsky Krai secara paksa - 8.000 kilometer dari tanah air," kata Lyudmyla Denisova, Komisaris Parlemen Ukraina untuk Hak Asasi Manusia, dalam sebuah posting Telegram, mengutip CNN.
Menurut Denisova, para sukarelawan memberitahunya bahwa sebuah kereta api tiba di kota Nakhodka pada 21 April dengan 308 warga Ukraina dari Mariupol, termasuk ibu-ibu dengan anak kecil, penyandang disabilitas, dan pelajar.
Ia juga menyertakan foto-foto yang menunjukkan kedatangan warga Ukraina di stasiun kereta api di unggahan Telegram-nya.
Petro Andriushchenko, seorang penasihat wali kota Mariupol, juga mengklaim pada 21 April, "Rusia membawa 308 penduduk Mariupol yang dideportasi ke Vladivostok."
Pos telegram resmi Wali Kota Mariopul menyebutkan 90 dari 308 warga yang dideportasi adalah anak-anak.
"Orang-orang diakomodasi di sekolah dan asrama. Kemudian direncanakan untuk mengirim mereka ke berbagai pemukiman Primorsky Krai," tulis unggahan Telegram wali kota.
Foto dan video yang dipublikasikan di portal berita lokal Rusia di Vladivostok, vl.com, juga menunjukkan pengungsi dari Mariupol tiba dengan kereta api.
Denisova juga mengklaim penduduk Mariupol dikirim menggunakan bus ke akomodasi sementara di kota Wrangel dan diharapkan menerima dokumen baru yang memungkinkan mereka bekerja di Rusia.
"Negara pendudukan Rusia sangat melanggar ketentuan Pasal 49 Konvensi Jenewa relatif terhadap Perlindungan Orang Sipil di Masa Perang, yang melarang relokasi paksa atau deportasi orang dari wilayah pendudukan," tambah Denisova dalam posting Telegram-nya.
Baca juga: Rusia Akhirnya Akui Kapal Perang Moskva Tenggelam, 1 Prajurit Tewas dan Puluhan Lainnya Hilang
Baca juga: Akibat Invasi Rusia, Kerugian Ukraina Diprediksi Tembus Hingga 60 Miliar Dolar AS
Rusia Klaim Kemenangan atas Mariupol
Tentara Ukraina masih bertahan di Mariupol, meskipun Vladimir Putin mengklaim kemenangan dan mengatakan bahwa Rusia telah "memerdekakan" kota itu.
Dilansir Independent, selama hampir dua bulan pertempuran sengit di kota yang terkepung itu, pasukan Ukraina masih bersembunyi di pabrik baja Azovstal yang terletak di tenggara pelabuhan.
Sekitar 1.000 warga sipil juga diperkirakan berada di sana, mencari perlindungan di jaringan terowongan bawah tanahnya.