Mantan Intel Marinir AS Scott Ritter Ingatkan Bahaya Agresifnya NATO ke Rusia
Scott Ritter pernah jadi pengawas senjata pemusnah massal di Irak, dan ia kini banyak menulis isu-isu keamanan internasional, urusan militer, Rusia.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Mantan perwira Korps Marinir AS Scott Ritter memperingatkan semua sikap agresif dan tidakk bertanggungjawab NATO bisa mendorong Rusia menggunakan senjata nuklirnya.
Inspektur senjata nuklir yang bertugas sebagai staf era Jenderal Norman Schwarzkopf selama Perang Teluk I itu menunjuk upaya menarik Finlandia dan Swedia menjadi anggota penuh NATO.
Kedua negara tertarik membeli jet tempur F-35A dari AS. Pesawa tempur itu berkemampuan nuklir, dan sangat diperhitungkan Rusia dalam peta konflik di kawasan Baltik.
Scott Ritter pernah jadi pengawas senjata pemusnah massal di Irak, dan ia kini banyak menulis isu-isu keamanan internasional, urusan militer, Rusia, dan Timur Tengah.
Baca juga: Anggap NATO Ikut Perang, Menlu Rusia Ingatkan untuk Tak Remehkan Risiko Perang Nuklir
Baca juga: Rusia Peringatkan Swedia-Finlandia Jika Gabung NATO, Ancam Kerahkan Senjata Nuklir dan Rudal
Baca juga: Eks Presiden Rusia Ungkap Negaranya Akan Luncurkan Senjata Nuklir Jika Dihadapkan pada 4 Kondisi Ini
Artikel yang ditulis Scott Ritter dipublikasikan di situs Russia Today, Selasa (26/4/2022). Ritter mengritik reaksi berlebihan elite dan kalangan intelijen AS.
“Rusia mungkin tak bersiapmenggunakan senjata nuklir di Ukraina. Namun, sikap NATO yang tak bertanggung jawab dapat mengakibatkan peningkatan potensi senjata nuklir Rusia untuk digunakan di Eropa,” tulis Ritter di artikel terbarunya.
Jet tempur paling modern produksi AS F-35A disertifikasi sebagai pesawat berkemampuan nuklir pada Oktober 2021, telah diuji menggunakan bom nuklir B-61.
Stok Bom Nuklir AS di Eropa
AS menyimpan persediaan sekitar 150 bom nuklir B-61 di berbagai depot di seluruh Eropa. Senjata-senjata ini dimaksudkan untuk digunakan AS dan yang disebut anggota NATO “non-nuklir”.
Sekutu NATO saat ini mengoperasikan F-35, seperti Polandia, Denmark, dan Norwegia. Mereka mungkin dimintamendukung misi berbagi nuklir NATO di masa depan.
Finlandia baru-baru ini mengumumkan rencana membeli 60 pesawat tempur F-35A, sebuah langkah yang hanya dapat dianggap mengkhawatirkan oleh Rusia mengingat keinginan Finlandia untuk bergabung ke NATO.
Penggunaan ekstensif oleh AS dan angkatan udara NATO lainnya dari F-35A untuk mendukung apa yang disebut operasi “pemolisian udara Baltik”.
Usaha itusedang berlangsung dilangit Latvia, Estonia, dan Lithuania, yang dipandang Rusia sebagai ancaman serius, mengingat bahwa setiap F-35A di udara harus diperlakukan sebagai potensi ancaman bersenjata nuklir.
NATO seharusnya menyadari fakta “Prinsip Dasar Rusia” yang mencantumkan penyebaran senjata nuklir dan sarana pengirimannya di wilayah senjata non-nuklir" sebagai skenario " dinetralisir menggunakan pencegahan nuklir."