Adolf Hitler dan Pandangan Anti Yahudi di Era Nazi Jerman, Anti-Semit Berujung Holocaust
Adolf Hitler dan pandangan Anti Yahudi di Era Nazi Jerman, sikap Anti-Semit Nazi Jerman berujung Holocaust Yahudi yang terjadi selama Perang Dunia II.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Nama Adolf Hitler kembali diperbincangkan setelah Menteri Luar Negeri Rusia, Lavrov membuat pernyataan di televisi Italia pada Minggu (1/5/2022) lalu.
Dia ditanya mengapa Rusia mengatakan perlu "mendenazifikasi" Ukraina, padahal presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, adalah orang Yahudi.
"Ketika mereka mengatakan 'Nazifikasi macam apa ini jika kita adalah orang Yahudi', saya pikir Hitler juga memiliki asal-usul Yahudi, jadi itu tidak berarti apa-apa," kata Lavrov kepada saluran Rete 4, berbicara melalui penerjemah Italia.
"Sudah lama kita mendengar orang-orang Yahudi yang bijak mengatakan bahwa anti-Semit terbesar adalah orang-orang Yahudi itu sendiri," tambahnya, dikutip dari Reuters.
Pernyataan tersebut mendapat respon dari Israel dan Zelensky yang menyatakan hal itu kebohongan serta menuntut permintaan maaf dari Rusia.
Diktator Jerman, Adolf Hitler dikenal dunia dengan peristiwa Holocaust yang terjadi selama Perang Dunia II.
Ia juga menganut pandangan anti Yahudi (anti-Semit).
Lantas, apa peran Adolf Hitler dan pandangan anti-Semit pada masa Nazi Jerman?
Baca juga: Israel Kecam Pernyataan Menlu Rusia yang Sebut Hitler adalah Keturunan Yahudi
Profil Adolf Hitler dan Peran Anti-Yahudi
Adolf Hitler dikenal sebagai seorang diktator yang berasal dari Jerman. Namun, Adolf Hitler sebenarnya berasal dari Austria.
Adolf Hitler lahir pada 20 April 1889 di Braunaun am Inn, Austria-Hongaria, dari pasangan Alois Hitler dan Klara Poelzl.
Setelah ayah Hitler pensiun, Hitler kecil pindah ke pinggiran Linz.
Sejak kecil ia gemar dengan hal-hal berbau seni, terutama saat ia tinggal di Wina, Austria.
Adolf Hitler meninggalkan sekolah pada usia 16 tahun pada tahun 1905 dan berniat untuk menjadi seorang pelukis. Sayangnya, dia gagal memasuki jurusan kesenian di sebuah universitas.
Lalu, Hitler pindah ke Munich, Jerman, pada 25 Mei 1913, tepat satu tahun sebelum Perang Dunia I meletus.
Dalam buku LENIN, STALIN, dan HITLER (Era Bencana Sosial) karya sejarawan Robert Gellately, disebutkan dampak langsung Perang Dunia I terhadap Jerman membuat Hitler menjadi politikus anti-Semit (Yahudi) paling radikal dalam sejarah Jerman.
Adolf Hitler marah dengan hasil Perjanjian Versailess yang ia anggap merugikan Jerman.
Selama sisa hidupnya, Hitler berusaha untuk membalikkan perdamaian yang telah mempermalukan Jerman.
Meski ada banyak spekulasi tentang kapan Hitler menjadi anti-Semit, sebelum 1919 tak ada bukti yang dapat diandalkan tentang kebencian dan sikap bermusuhannya terhadap orang Yahudi pada tahun-tahun berikutnya.
Melalui berbagai pidatonya yang berapi-api, Hitler mengangkat topik yang sama, yaitu Anti Yahudi dan Anti Boshevik.
Selama bertahun-tahun berada di ranah politik, Hitler berhasil terpilih menjadi Kanselir, sebelum akhirnya menggantikan Presiden Hindenburg setelah meninggal.
Pada masa pemerintahannya, Hitler selalu mengaitkan Komunisme dan Yahudi adalah dua hal yang saling terhubung dan mengakibatkan banyak kemunduran di Jerman.
Ia bahkan memberlakukan undang-undang diskriminatif untuk orang Yahudi di Jerman dan menangkap para Komunis serta simpatisan Komunis.
Baca juga: Menlu Rusia Sebut Adolf Hitler Berdarah Yahudi, Israel dan Ukraina Tersinggung
Holocaust Kaum Yahudi Jerman
Menurut Britannica, Holocaust adalah genosida sistematis yang disponsori negara terhadap enam juta pria, wanita, dan anak-anak Yahudi dan jutaan lainnya oleh Nazi Jerman dan kolaboratornya selama Perang Dunia II.
Jerman menyebut ini "solusi akhir untuk pertanyaan Yahudi."
Pada masa pemerintahannya, Hitler mendirikan SS, Gestapo, dan Kamp Konsentrasi, di mana orang-orang Yahudi dan mereka yang menentang Hitler dikirim.
Selama masa Perang Dunia II, sikap anti Yahudi yang ditunjukkan Nazi Jerman semakin brutal dan kejam.
Mereka merusak ratusan Sinogage (rumah ibadah orang Yahudi), mengusir, menjarah bisnis Yahudi, menahan, menganiaya, dan melakukan tindakan represif lainnya.
Raul Hilberg dalam bukunya The Destruction of the European Jews, dan Lucy S. Dawidowicz dalam bukunya The War Against the Jews, sebagian menunjukkan bagaimana Jerman berperang dua kali secara bersamaan, yaitu Perang Dunia II dan perang rasial melawan orang-orang Yahudi.
Bahkan sebelum Nazi berkuasa di Jerman pada tahun 1933, mereka tidak merahasiakan anti-Semitisme mereka.
Pada awal tahun 1919 Adolf Hitler telah menulis, “Anti-Semitisme rasional, bagaimanapun, harus mengarah pada oposisi hukum yang sistematis.…Tujuan akhirnya harus dengan teguh menyingkirkan orang-orang Yahudi sama sekali.”
Dalam buku yang ditulis Hitler "Mein Kampf" (“Perjuanganku”; 1925–27), ia mengembangkan lebih lanjut gagasan tentang orang-orang Yahudi sebagai ras jahat yang berjuang untuk menguasai dunia.
Anti Yahudi Nazi berakar pada anti-Semitisme agama dan ditingkatkan oleh anti-Semitisme politik dan anti-Semitisme rasial.
Nazi menggambarkan orang-orang Yahudi sebagai ras dan bukan sebagai kelompok agama.
Anti-Semitisme agama dapat diselesaikan dengan konversi, anti-Semitisme politik dengan pengusiran.
Pada akhirnya, logika anti-Semitisme rasial Nazi mengarah pada pemusnahan.
Baca juga: Cara Adolf Hitler Bunuh Diri, Tak Ingin Tubuhnya Bernasib Seperti Mussolini
Kematian Adolf Hitler
Adolf Hitler memulai perang di Eropa pada tahun 1939 ketika pasukan Jerman menyerbu Polandia dalam serangan blitzkrieg.
Dia kemudian menginvasi Prancis dan tetangganya ke Utara, tetapi gagal menaklukkan Inggris Raya, karena Jerman kalah dalam Pertempuran Inggris.
Pada tahun 1941 ia menginvasi Uni Soviet (Operasi Barbarossa) dan mendorong pasukan sampai ke Moskow, namun Rusia mampu menghentikannya.
Selama masa perang, Hitler menolak untuk menyerahkan semua tanah yang siap diambil, Jerman menderita kekalahan di Stalingrad dan Pertempuran Kursk.
Inggris dan Amerika juga mendorong Jerman keluar dari Afrika Utara.
Pada tahun 1944, Sekutu Barat mendarat di Normandia di Prancis, dan mendorong Jerman semakin jauh ke belakang, membebaskan Eropa saat mereka pergi.
Hitler melancarkan serangan yang dikenal sebagai Pertempuran Bulge.
Sayangnya, saat Jerman mencetak keberhasilan awal, Jerman akhirnya dihentikan dan dipaksa mundur.
Pada bulan April 1945, dengan keberadaan pasukan Soviet di Berlin, Jerman dan Amerika mendorong maju di barat Jerman, Hitler bunuh diri, bersama dengan istrinya yang baru ia nikahi satu hari sebelumnya, yang bernama Eva Braun.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Adolf Hitler