Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Putin Minta Presiden Macron Bantu Hentikan Kejahatan Perang Ukraina

Presiden Rusia Vladimir Putin memberi selamat kepada Emannuel Macron atas terpilihnya kembali sebagai Presiden Prancis baru-baru ini.

Penulis: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Putin Minta Presiden Macron Bantu Hentikan Kejahatan Perang Ukraina
SPUTNIK / AFP
Presiden Prancis Emmanuel Macron (kanan) bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) di Moskow pada 7 Februari 2022, untuk pembicaraan dalam upaya menemukan titik temu di Ukraina dan NATO. 

TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Presiden Rusia Vladimir Putin meminta Presiden Prancis Emannuel Macron turut membantu menghentikan pasokan se jata ke Ukraina..

Negara barat juga diminta membantu menghentikan kejahatan perang yang diduga dilakukan pasukan Ukraina.

Permintaan itu disampaikan saat Putin melakukan hubungan telepon ke Macron, Selasa (3/5/2022) waktu Moskow. Hasil percakapan kedua pemimpin diungkapkan pihak Kremlin.

Selama percakapan telepon dua jam itu, Putin memberi selamat kepada Macron atas terpilihnya kembali baru-baru ini.

Putin memberi tahu Macron perkembangan terbaru di Ukraina, termasuk evakuasi warga sipil dari pabrik Azovstal di Mariupol.

Baca juga: Dibantu Rusia Lusinan Warga Sipil Loloskan Diri dari Azovstal yang Terkepung

Baca juga: Kelompok Neo Nazi Ukraina Batalyon Azov di Mariupol Tolak Menyerah ke Rusia

Baca juga: Media Barat Kompak Tutupi Sepak Terjang Batalyon Azov Neo-Nazi Ukraina

Baca juga: Rusia Temukan Jejak Kekejaman Batalyon Neo-Nazi Azov di Bandara Mariupol

Putin mengklaim negara-negara Uni Eropa telah mengabaikan kejahatan perang pasukan keamanan Ukraina.

Selama 8 tahun terakhir, Ukraina menyerang dan menembaki kota-kota besar dan kecil di Donbass, yang mengakibatkan korban sipil.

Berita Rekomendasi

“Barat dapat membantu menghentikan kekejaman ini dengan memberikan pengaruh ke Kiev, serta menghentikan pasokan senjatanya ke Ukraina,” kata Kremlin mengutip permintaan Putin.

Ketika Ukraina dan Rusia terus saling menuduh melakukan kejahatan perang, pada 30 April Macron berjanji kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky Prancis akan memperkuat bantuan militer dan kemanusiaan ke Kiev.

Rusia, sementara itu, telah berulang kali memperingatkan negara-negara barat agar tidak mengirim senjata, sembari menegaska kebijakan itu hanya akan memperpanjang konflik.

Moskow juga telah menjelaskan mereka akan mempertimbangkan setiap senjata asing di wilayah Ukraina sebagai target yang sah.

Presiden Prancis dan kandidat partai La Republique en Marche (LREM) untuk pemilihan ulang Emmanuel Macron merayakan kemenangannya dalam pemilihan presiden Prancis, di Champ de Mars di Paris, pada 24 April 2022.
 (Photo by Thomas COEX / AFP)
Presiden Prancis dan kandidat partai La Republique en Marche (LREM) untuk pemilihan ulang Emmanuel Macron merayakan kemenangannya dalam pemilihan presiden Prancis, di Champ de Mars di Paris, pada 24 April 2022. (Photo by Thomas COEX / AFP) (AFP/THOMAS COEX)

Presiden Rusia menekankan Moskow masih terbuka untuk berdialog dengan Ukraina, terlepas dari apa yang disebutnya inkonsistensi dan ketidaksiapan Kiev untuk bersikap serius.

Ukraina menyalahkan Moskow atas kebuntuan dalam pembicaraan.

Menurut Kremlin, Macron menyatakan keprihatinannya atas masalah ketahanan pangan global.

 Pemimpin Prancis sebelumnya menyebut serangan Rusia ke Ukraina sebagai alasan utama krisis pangan yang mengancam.

Tetapi Putin mengklaim situasinya telah memburuk terutama karena sanksi yang dijatuhkan oleh negara-negara barat ke Moskow

Putin menekankan pentingnya fungsi tanpa hambatan dari logistik global dan infrastruktur transportasi.

Pihak Istana Elysee belum memberikan tanggapan atau penjelasan resmi mereka tentang komunikasi Putin dan Macron.

Macron adalah satu dari sedikit pemimpin barat yang terus menjaga kontak ke Presiden Putin sejak Rusia meluncurkan operasi khusus di Ukraina.

Pada saat yang sama, Macron bersikeras meningkatkan sanksi terhadap Moskow, termasuk pembatasan yang lebih ketat terhadap energi Rusia.

Rusia menyerang Ukraina pada akhir Februari, menyusul kegagalan Kiev untuk mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass, Donetsk dan Lugansk.

Protokol Minsk yang ditengahi Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.

Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.

Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik secara paksa.(Tribunnews.com/Sputniknews/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas