Putra Diktator Filipina Ferdinand Marcos Diprediksi Menangkan Pilpres, Ini Artinya bagi AS dan China
Jika Marcos Jr memenangkan pilpres, para ahli menganalisis apa yang akan terjadi pada Filipina dan hubungannya dengan Amerika dan China.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Warga Filipina akan segera memilih presiden baru mereka pada 9 Mei mendatang.
Putra diktator Ferdinand Marcos, Ferdinand Marcos Jr, menjadi calon terdepan.
Jika Marcos Jr akhirnya memenangkan pemilihan, para ahli menganalisis apa yang akan terjadi pada Filipina dan hubungannya dengan dua negara besar, seperti Amerika dan China.
Presiden saat ini Rodrigo Duterte, dikenal lebih pro terhadap China.
Dilansir CNN.com, berbicara di Aula Besar Rakyat Beijing selama kunjungan kenegaraan pertamanya ke China pada tahun 2016, Duterte menggembar-gemborkan era baru yang berani dalam kebijakan luar negeri negaranya.
"Amerika telah kalah sekarang," katanya.
"Saya telah menyesuaikan diri dalam aliran ideologis Anda."
Meski Duterte kemudian mengklarifikasi bahwa dia tidak berencana untuk memutuskan hubungan dengan Amerika Serikat, yang merupakan sekutu perjanjian dan mitra diplomatik lama, dia terus mengancam meregangkan hubungan sambil beralih ke China, meskipun ada perselisihan teritorial yang membara dengan Beijing.
Baca juga: Fakta-fakta Pemilihan Presiden Filipina 2022: Jadwal hingga Kandidat Terdepan
Baca juga: Jika Marcos Menangi Pilpres, Filipina Berpotensi Hidupkan Kembali PLTN
Kini, dengan pemilihan untuk memutuskan pengganti Duterte beberapa hari lagi, para analis mengatakan ada peluang untuk "mengatur ulang" hubungan Filipina dengan kedua kekuatan besar, yang hasilnya dapat mengubah keseimbangan kekuatan di Asia.
Bagaimana bentuk hubungan itu bisa mengarah pada tujuan calon presiden saat ini, Ferdinand Marcos Jr.
Putra mendiang diktator Filipina yang digulingkan itu secara luas dipandang lebih bersahabat dengan China daripada saingannya, Leni Robredo.
Siapa yang dipilih orang Filipina ketika mereka memberikan suara mereka pada hari Senin, akan mendatangkan konsekuensi.
Bagi AS, hubungan dekat dengan Filipina, termasuk rotasi pasukan Amerika di sana di bawah perjanjian dua dekade, sangat penting untuk strateginya di kawasan itu.
Washington telah berusaha untuk melawan jejak Beijing yang semakin berkembang.