Ekspor Gandum Ukraina-Rusia Terhalang Perang, Menteri Jerman Peringatkan Bahaya Kelaparan Global
Menteri Schulze menyebut pandemi Covid-19 dan operasi militer Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina sebagai penyebabnya.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
Menteri Jerman itu menduga sikap itu hasil politik makanan ala Rusia. Namun Schultze tidak menyediakan bukti khusus mendukung pernyataannya itu.
Pada saat yang sama, dia mengakui fokus beberapa negara pada energi hijau telah berkontribusi pada kekurangan pangan juga.
Jerman khususnya harus berhenti menggunakan makanan sebagai bahan bakar. Hingga 4 persen dari apa yang disebut biofuel di Jerman dibuat dari makanan dan pakan ternak.
Jerman menggunakan 2,7 miliar liter bahan bakar (dibuat) dari minyak nabati untuk bahan bakar mobil setiap tahun.
Schultze menambahkan, angka ini berarti sudah hampir setengah dari produksi minyak bunga matahari Ukraina.
Harga Gandum Melonjak Drastis
Konflik yang sedang berlangsung di Ukraina telah memicu kekhawatiran akan kekurangan gandum global karena harga gandum melonjak ke level tertinggi beberapa tahun di bulan Maret.
Baik Rusia dan Ukraina adalah pemasok gandum utama, menyumbang sekitar 30 persen ekspor global.
Namun, pada pertengahan April, Menteri Pertanian Jerman Cem Ozdemir berpendapat memasok Kiev dengan persenjataan yang "lebih efektif" akan membantu dunia menghindari kelaparan global.
Ozdemir, anggota partai yang sangat pro-AS/NATO Alliance 90/The Greens, juga menuduh Moskow melakukan “strategi kelaparan” pada waktu itu.
Posisinya sangat berbeda dari setidaknya dua kelompok tokoh masyarakat Jerman, politisi dan selebriti, yang meminta Kanselir Olaf Scholz menghentikan pasokan senjata ke Ukraina.
Sebagian meminta fokus pada solusi diplomatik cepat sebagai gantinya.
Pengiriman senjata yang berkelanjutan hanya akan memperpanjang penderitaan warga Ukraina serta berisiko menimbulkan konsekuensi yang berpotensi menghancurkan.
Rusia menyerang negara tetangganya pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina untuk menerapkan ketentuan perjanjian Minsk 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.