Sisa Tentara Ukraina dan Milisi Azov di Pabrik Azovstal Tetap Ingin Melawan Rusia
Tentara Ukraina dan milisi Azov minta dievakuasi dari Mariupol oleh negara pihak ketiga. Mereka menolak peran Rusia dalam proses evakuasi.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
Ia menambahkan beberapa politisi tidak memiliki perasaan. Ia secara sinis menyebut mereka hwarga sipil yang sukses di pengungsian.
Dia mengecam Kiev karena meninggalkan Mariupol dan karena gagal mengevakuasi penduduknya, yang tetap terperangkap di kota selama pertempuran.
Kata-katanya muncul sehari setelah Wakil Perdana Menteri Ukraina Irina Vereschuk mengumumkan semua wanita, anak-anak, dan warga sipil lanjut usia yang terperangkap di kompleks Azovstal di Mariupol telah dievakuasi.
PBB mengatakan pada saat itu 500 orang telah dievakuasi dari fasilitas tersebut pada malam hari antara Kamis dan Jumat.
Ukraina Jadikan Warga Sipil Tameng Hidup
Rusia sebelumnya menuduh tentara Ukraina dan milisi neo-Nazi menduduki pabrik – termasuk resimen Azov yang terkenal – menahan warga sipil di sana untuk ditukar dengan pasokan makanan.
Sebuah video yang diterbitkan dan kemudian dihapus oleh majalah Jerman Der Spiegel menunjukkan testimoni kritis seorang pengungsi.
Wanita itu mengatakan mereka ditempatkan di bunker Azovstal selama dua bulan, dan dilarang oleh militan Azov menggunakan koridor kemanusiaan yang dibuka Rusia.
Samoylenko juga menuduh para pejabat Ukraina “gagal membela Mariupol, dan gagal mempersiapkan pertahanan Mariupol.
Ia menambahkan mereka telah menerima tanpa dukungan selama pengepungan dua setengah bulan. “Kami telah dibiarkan menentukan nasib kami sendiri,” tambahnya.
Sebelumnya, Komandan Brigade Infanteri ke-36 Angkatan Laut Ukraina, Kolonel Vladimir Baranyuk, yang ditangkap pasukan Rusia, mengatakan Kiev membohongi pasukan yang dikepung di Mariupol.
Pejabat Ukraina mengatakan kepada tentara di kota itu bantuan sedang dalam perjalanan, tetapi tidak melakukan upaya nyata untuk memecahkan pengepungan kota.
Azovstal, kompleks pabrik raksasa yang dibangun Soviet yang tersebar di 11 kilometer persegi, tetap menjadi kantong perlawanan terakhir di Mariupol.
Pasukan Rusia dan milisi republik Donbass mengepung rapat kawasan pabrik itu. Militer Rusia berulang kali menawarkan mereka yang di pabrik untuk menyerah.