Surat Terbuka Scott Ritter, Eks Perwira Intelijen Korps Marinir, untuk Rakyat Amerika
Scott Ritter yang terakhir berpangkat Kolonel, pernah jadi staf Jenderal Norman Schwarzkopf selama Perang Teluk 1990/1991.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Tepat di Victory Day (Hari Kemenangan) 9 Mei 2022 yang dirayakan besar-besaran di Lapangan Merah Moskow, Rusia, Scott Ritter membuat surat terbuka yang dipublikasikan di situs Rusia Today.
Mantan perwira intelijen Korps Marinir AS dan inspektur nuklir era Uni Sviet (sebelum bubar) menggambarkan kesedihannya yang mendalam, mendapati kenyataan sejarah sekarang seperti berbalik arah.
Scott Ritter yang terakhir berpangkat Kolonel, pernah jadi staf Jenderal Norman Schwarzkopf selama Perang Teluk 1990/1991. Tulisan-tulisannya dikenal sangat kritis, dan dalam isu Rusia kerap berseberangan dengan versi barat.
Scott Ritter yang berkali-kali dicap agen Rusia oleh pihak AS, mengawali surat terbukanya, mengutip karya klasik Tom Brokow, jurnalis televisi NBC pada 1998. Brokow menulis buku hebat “The Greatest Generation” atau Generasi Terbesar.
Buku ini menceritakan kehidupan dan pengalaman beberapa dari jutaan pria dan wanita Amerika yang bertempur saat Perang Dunia II, di medan tempur Eropa (front barat) maupun Pasifik (front timur).
“Pada saat dalam hidup mereka ketika siang dan malam mereka seharusnya diisi dengan petualangan, cinta, dan pelajaran dari dunia kerja,” Brokow mengamati, “mereka bertempur dalam kondisi paling primitif yang mungkin terjadi di seluruh lansekap berdarah Prancis, Belgia, Italia, Austria, dan pulau-pulau karang di Pasifik,” tulis Scott Ritter mengutip isi buku itu.
“Mereka menjawab panggilan untuk menyelamatkan dunia dari dua mesin militer paling kuat dan kejam yang pernah dirakit, instrumen penaklukan di tangan maniak fasis. Mereka menghadapi peluang besar dan awal yang terlambat, tetapi mereka tidak memprotes. Mereka berhasil di setiap lini. Mereka memenangkan perang; mereka menyelamatkan dunia,” tulis Brokow di bukunya.
Menurut Scott Ritter, Brokow telah memahami apa arti generasi orang Amerika ini bagi sejarah. “Saya percaya, ini adalah generasi terbesar yang pernah dihasilkan oleh masyarakat mana pun,” lanjut Brokow di bukunya.
Baca juga: Mantan Intel Marinir AS Scott Ritter Ingatkan Bahaya Agresifnya NATO ke Rusia
Baca juga: Eks Perwira Marinir AS Ungkap Sejumlah Kejanggalan Tragedi Bucha: Propaganda untuk Sudutkan Rusia?
Baca juga: Victory Day di Rusia Dirayakan 9 Mei, Peringati Kemenangan Uni Soviet atas Nazi Jerman di WW II
Berikut ini isi surat terbuka Scott Ritter yang dipublikasikan di Russia Today, Senin (9/5/2022) dan dialihbahasakan dengan beberapa penyesuaian konteks kalimatnya;
Besar di Jerman saat Perang Dingin
Saya lahir pada 1961, sekitar dua dekade setelah AS meninggalkan Perang Dunia Kedua. Pada saat itu (kelahirannya), kekalahan Nazi Jerman dan Kekaisaran Jepang telah surut ke buku-buku sejarah, digantikan musuh baru dan bahkan lebih mengancam, Uni Soviet.
Ayah saya adalah seorang perwira Angkatan Udara AS yang perjalanan karirnya hingga 1977 tampak seperti peta wisata era Perang Dingin. Ayah saya bertugas di Vietnam, Korea, dan Turki.
Saya tumbuh dengan mantra "lebih baik mati daripada merah (komunis)" di kepala saya. Saya yakin pengabdian ayah saya kepada bangsa kita sangat penting untuk kelangsungan hidup dunia yang bebas.
Pada 1977, keluarga saya pindah ke Jerman Barat. Ayah saya telah ditugaskan kembali ke Angkatan Udara ke-17, yang bermarkas di Pangkalan Angkatan Udara Sembach. Kami memilih untuk tinggal di luar (barak).