Inilah Detik-detik Penembakan Jurnalis Palestina Shireen Abu Akleh oleh Penembak Jitu Israel
Kepala biro Yerusalem Al Jazeera, Walid al-Omari menambahkan peluru yang membunuh Shireen Abu Akleh datang dari penembak jitu Israel.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, TEPI BARAT - Saksi mata dan rekan wartawan Aljazeera Shireen Abu Akleh, Shatha Hanaysha, penembak jitu Israel menembak untuk membunuh para jurnalis.
“Kami berdiri bergerombol sebagai jurnalis, lalu kami mulai bergerak. Kami terkejut peluru tajam ditembakkan ke arah kami. Kami ada di area yang tidak memungkinkan kami mundur,” kata Shatha Hanaysha dikutip Aljazeera.com, Rabu (11/5/2022).
“Kami hanya menghadapi penembak jitu. Jika mereka tidak benar-benar ingin membunuh sebagian dari kita, mereka bisa saja mulai menembak sebelum kita tiba di area sempit ini. Saya melihat ini sebagai pembunuhan jurnalis terang-terangan,” katanya.
Baca juga: Wartawan Veteran Al Jazeera Shireen Abu Akleh Tewas Dibunuh Pasukan Israel
Baca juga: Berita Foto : Wartawan Al Jazeera Ditembak Mati Pasukan Israel
Baca juga: Israel Tuduh Palestina di Balik Penembakan Jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh
Kepala biro Yerusalem Al Jazeera, Walid al-Omari menambahkan peluru yang membunuh Shireen Abu Akleh datang dari penembak jitu Israel.
"Para saksi mata memberi tahu kami peluru ditembakkan dari tempat tentara pendudukan Israel berada," katanya.
“Ini adalah kejutan besar karena para jurnalis berada di area terbuka yang jauh dari konfrontasi militer (Israel) dengan perlawanan Palestina,” katanya.
Jurnalis senior Aljazeera berusia 52 tahun ditembak mati tentara Israel ketika meliput operasi pasukan Israel di kamp pengungsi Jenin, Tepi Barat.
Menyusul peristiwa Jenin, pasukan kepolisian Israel justru menggerebek rumah Shireen Abu Akleh di Yerusalem Timur.
Mereka menyita bendera Palestina dan mencegah pemutaran lagu-lagu nasionalis yang terdengar di rumah keluarga itu.
Video yang ditayangkan Al Jazeera menunjukkan teman dan anggota keluarga meneriaki polisi Israel agar meninggalkan rumah.
Seorang wartawan di tempat kejadian mengatakan para pelayat mendorong pasukan ke luar rumah, tetapi mereka tetap berada di daerah tersebut.
Detik-detik Penembakan Abu Akleh
Mujahed al-Saadi, seorang jurnalis Palestina yang merupakan bagian dari kelompok wartawan yang pergi ke kamp pengungsi Jenin, mengatakan dia sedang menunggu rekan-rekannya tiba sebelum terjadi penembakan.
“Kami sedang menunggu rekan-rekan kami untuk memasuki kamp pengungsi,” katanya.
“Kami memilih titik yang tidak memiliki konfrontasi antara tentara Israel dan para pejuang bersenjata,” terangnya.
“Kami menunggu Shireen mengenakan semua perlengkapan keselamatannya. Dia kemudian mencapai kami, kemudian kami bergeser beberapa meter,” lanjutnya.
“Lalu dalam hitungan detik, ada tembakan pertama. Saya mengatakan kepada mereka kami menjadi sasaran, bahwa kami telah ditembak,” bebernya.
“Aku berbalik dan menemukan Shireen tergeletak di tanah. Saya menemukan Shatha (Hanaysha) berlindung di balik pohon dan berteriak-teriak,” lanjut Mujahid.
“Penembakan berlanjut selama lebih dari tiga menit. (Wartawan Al Jazeera) Ali al-Samoudi terluka, dia bisa menyeberang jalan dan sampai ke titik aman. Penembakan ke arah Shatha berlanjut saat dia berdiri di bawah pohon,” katanya.
“Kami tidak bisa menolong Shireen. Pemuda di jalan mendatangi kami dan mencoba menarik Shireen keluar tetapi juga ditembak. Setiap kali ada yang bergerak maju, mereka ditembak,” kata Mujahed al-Saadi.
Utusan Uni Eropa Desak Penyelidikan Cepat
Utusan Uni Eropa untuk Palestina mendesak penyelidikan 'cepat dan independen' atas pembunuhan Shireen Abu Akleh.
Delegasi Uni Eropa untuk Palestina menyatakan terkejut atas pembunuhan Abu Akleh, menyerukan pelakunya dibawa ke pengadilan.
“Penting untuk memastikan keselamatan dan perlindungan jurnalis yang meliput konflik,” tambah pernyataan itu.
Kelompok jurnalis Palestina pun mengecam keras kematian Shireen Abu Akleh sebagai pembunuhan yang jelas dilakukan oleh tentara pendudukan Israel.
Sindikat itu juga menganggap pasukan pendudukan Israel bertanggung jawab penuh atas kejahatan keji terhadap kebebasan pers ini, terutama setelah Hari Kebebasan Pers Sedunia, 8 Mei.
Sindikat tersebut menekankan kejahatan pendudukan yang menargetkan Abu Akleh adalah tindakan yang disengaja dan direncanakan dan operasi pembunuhan yang sebenarnya.
Mereka menyerukan langkah jelas untuk melindungi sesama jurnalis dari penghasutan dan pembunuhan berkelanjutan yang dilakukan pasukan pendudukan Israel.
Federasi Jurnalis Internasional bertekad membawa kasus pembunuhan Shireen Abu Akleh ke International Criminal Couort (ICC).
Anthony Bellanger, Sekretaris Federasi Jurnalis Internasional (IFJ) mengatakan pembunuhan Abu Akleh adalah penargetan sistematis dan disengaja terhadap seorang jurnalis.
“Sekali lagi jurnalis, yang mengenakan rompi pers, yang diidentifikasi dengan jelas menjadi sasaran penembak jitu Israel,” katanya dalam sebuah pernyataan.
“Kami akan berusaha menambahkan kasus ini ke pengaduan ICC yang diajukan oleh IFJ,” kata Bellanger.(Tribunnews.com/Aljazeera/xna)