Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menlu Rusia Sergei Lavrov Tuding Negara Barat Biasa Jadi Maling Aset Asing

AS dan sekutu barat membekukan aset dan bahkan  cadangan emas negara-negara seperti Venezuela, Iran, Suriah, dan negara yang tidak mereka sukai.

Penulis: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Menlu Rusia Sergei Lavrov Tuding Negara Barat Biasa Jadi Maling Aset Asing
RT.com
Sergei Lavrov 

TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengecam gagasan diplomat top Uni Eropa untuk merebut cadangan pemerintah Rusia yang dibekukan di barat.

Merebut cadangan devisa Rusia menurut Sergei Lavrov sama saja maling. Gagasan itu dilontarkan diplomat senior Uni Eropa, Josep Borrell.

“Adil mengatakan ini adalah pencurian yang mereka (negara-negara Barat) bahkan tidak coba sembunyikan,” kata Lavrov di Aljazair, Selasa (10/5/2022).

Dalam wawancara baru-baru ini dengan Financial Times, Borrell menyarankan menyita cadangan keuangan Rusia dan menggunakannya untuk menutupi biaya pembangunan kembali Ukraina.

Tindakan seperti itulah yang menurut Lavrov, menjadi semacam kebiasaan bagi Barat. Ia menunjuk pada fakta AS telah membekukan dana “milik Afghanistan, Bank Sentral Afghanistan.”

Baca juga: Uni Eropa Bisa Pertimbangkan Cadangan Devisa Rusia untuk Membangun Ukraina Pasca-Perang

Baca juga: Embargo Impor Migas Rusia, Uni Eropa Hancurkan Ekonomi Mereka Sendiri

Baca juga: Di Tengah Krisis Energi Eropa, Ekspor Gas Norwegia Capai Rekor Tertinggi Tahun ini

Washington tidak memiliki rencana untuk membelanjakannya untuk kebutuhan rakyat Afghanistan, yang telah menderita akibat kehadiran NATO selama 20 tahun” di tanah mereka.

AS dan sekutu barat juga membekukan aset dan bahkan  cadangan emas negara-negara seperti Venezuela, Iran, Suriah, dan negara yang tidak mereka sukai.

Berita Rekomendasi

Ketika Borrell mengungkapkan gagasan itu pada Senin, dia juga merujuk keputusan Presiden AS Joe Biden menyisihkan miliaran dollar aset bank sentral Afghanistan.

Katanya, dana itu akan digunakan untuk memberi manfaat bagi rakyat Afghanistan.

Menlu Rusia juga mempertanyakan peran Borrell dengan mengatakan  mereka mungkin akan segera melihat posisi diplomat top UE hilang.

Sebab, Uni Eropa tidak lagi memiliki kebijakan luar negerinya sendiri dan hanya bertindak sesuai pendekatan apa pun yang diberlakukan AS.

Moskow menurut Lavrov, akan terus menentang upaya Amerika untuk mengikis prinsip-prinsip dasar PBB dan untuk menciptakan tatanan dunia unipolar.

Diplomat top Rusia itu juga mengkritik Borrell atas apa yang dia gambarkan sebagai melampaui batas.

Selain mengajukan gagasan untuk menyita aset asing, pejabat Uni Eropa itu juga pernah mengatakan krisis Ukraina harus diselesaikan melalui cara militer.

Dia merujuk pernyataan Borrell bulan lalu. Lavrov menegaskan perang ini akan dimenangkan di medan perang.

Lavrov mengingatkan Borrell agar ia tahu diri posisinya diplomat dan bukan pemimpin militer Uni Eropa.

Barat Jalankan Hukum Rimba 

Kecaman keras juga disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko. Ia menyebut ide Borrel pelanggaran hukum total yang akan membahayakan hubungan internasional.

Menyusul dimulainya operasi militer Rusia di Ukraina, negara-negara Barat membekukan sekitar setengah dari cadangan internasional Rusia, sekitar $300 miliar.

Rusia menyerang negara tetangganya menyusul kegagalan Ukraina untuk menerapkan ketentuan perjanjian Minsk 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass, Donetsk dan Lugansk.

Protokol Minsk yang ditengahi Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.

Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan NATO.

Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik secara paksa.

Alexander Grushko kepada Lembaga penyiaran RIA Novosti menyebut penyitaan aset akan menjadi pelanggaran hukum total, penghancuran dasar hubungan internasional.

Menurut pendapat Grushko, keputusan seperti itu, jika diambil, “akan memukul Eropa sendiri, memukul sistem keuangan modern.

Langkah itu juga akan merusak kepercayaan di Eropa dan Barat secara umum. “Ini hukum rimba,” tegas Grushko.(Tribunnews.com/RussiaToday/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas