Ukraina Terpaksa Timbun Hasil Panen Karena Tidak Bisa Ekspor Pangan ke Negara Lain Akibat Perang
Sebelumnya Kementerian Luar Negeri Ukraina memperingatkan negara-negara lain agar tidak membeli gandum curian Ukraina.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, KIEV - Ukraina menimbun produk makanan dan hasil panen karena perang yang sedang berlangsung dan ketidakmampuan untuk mengekspor produk pertanian Ukraina ke negara lain.
Pernyataan ini disampaikan Menteri Kabinet Menteri Ukraina, Oleh Nemchynov yang berbicara di telethon nasional.
"Kami telah berulang kali mengatakan bahwa Ukraina memiliki stok semua produk yang diperlukan. Tetapi bagaimana dunia akan hidup tanpa biji-bijian Ukraina, tanpa jagung Ukraina, tanpa minyak Ukraina adalah pertanyaan besar," kata Nemchynov.
Dalam hal ini, ia mengingatkan bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengimbau para pemimpin dunia untuk membantu membuka blokir pelabuhan, sehingga biji-bijian dapat diekspor.
Baca juga: Relawan Prancis Saksikan Kejahatan Perang Pasukan Ukraina dan Milisi NeoNazi Azov
Hal ini untuk mencegah terjadinya bencana kelaparan di sejumlah negara.
Selain itu, langkah ini perlu diambil agar Rusia tidak bisa menjual biji-bijian curian.
Dikutip dari laman Ukrinform, Jumat (13/5/2022), Nemchynov juga mencatat bahwa kampanye penaburan benih telah selesai di hampir separuh daerah.
Menurutnya, area yang ditanami sedikit lebih kecil dari tahun lalu, karena para petani telah mengubah struktur tanaman.
"Namun secara umum, penaburan itu cukup berhasil, meskipun Rusia mencoba mengganggunya, dengan sengaja menyerang depot minyak, gudang, silo, menghancurkan peralatan, dan mencuri hasil panen di wilayah yang diduduki sementara," tegas Nemchynov.
Sebelumnya Kementerian Luar Negeri Ukraina memperingatkan negara-negara lain agar tidak membeli gandum curian Ukraina.
Menurut Kementerian Kebijakan Agraria, Rusia telah mencuri setidaknya 400.000 hingga 500.000 ton biji-bijian senilai lebih dari 100 juta dolar Amerika Serikat (AS).
Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal pun mencatat bahwa pada 9 Mei lalu, sekitar 8,6 juta hektar lahan ditanami berbagai tanaman pertanian, angkanya 24 persen lebih sedikit dari tahun lalu.