Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mantan Presiden Moldova Ditempatkan di Bawah Tahanan Rumah, Dikenal Pro-Rusia

Pengadilan di Moldova menempatkan mantan Presiden Igor Dodon di bawah tahanan rumah selama 30 hari.

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
zoom-in Mantan Presiden Moldova Ditempatkan di Bawah Tahanan Rumah, Dikenal Pro-Rusia
Sergei GAPON / AFP
Pemimpin blok Komunis dan Sosialis dan mantan Presiden Moldova Igor Dodon menghadiri rapat umum di Chisinau pada 9 Juli 2021. Para pemilih di Moldova menuju ke tempat pemungutan suara pada 11 Juli 2021 dalam pemilihan parlemen cepat yang diminta oleh Presiden baru Maia Sandu untuk memperkuatnya posisi melawan pasukan pro-Rusia. 

Bekas republik Soviet

Salah satu negara termiskin di Eropa, Moldova adalah bekas republik Soviet yang memperoleh kemerdekaan pada tahun 1991.

Rusia mempertahankan pasukannya di wilayah Transnistria, Moldova, yang separatis, yang juga dikenal sebagai Transdniestria, negara bagian yang disengketakan dan didukung Rusia yang berbatasan dengan Ukraina barat daya.

Dalam beberapa bulan terakhir, separatis Rusia di wilayah yang memisahkan diri itu menyalahkan negara tetangga Ukraina atas apa yang mereka katakan sebagai penembakan, ledakan, dan serangan pesawat tak berawak—meningkatkan kekhawatiran bahwa Moldova dapat terseret ke dalam konflik di Ukraina.

Baca juga: Putin Tawarkan Kemudahan kepada Warga Ukraina untuk Pindah Kewarganegaraan

Baca juga: Rusia Disebut Hanya Memiliki Waktu Hingga 9 Bulan untuk Memenangkan Perang di Ukraina

Juru bicara Pemerintah Rusia, Dmitry Peskov
Juru bicara Pemerintah Rusia, Dmitry Peskov (RT.COM)

Komenter Kremlin

Kremlin sebelumnya mengatakan prihatin dengan laporan bahwa Dodon telah ditahan.

Dikutip Euronews, Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Moskow "khawatir" dengan "penganiayaan" Dodon, tetapi juga mengakui bahwa itu adalah urusan internal Moldova, Kamis (26/5/2022).

Berita Rekomendasi

"Kami, tentu saja, khawatir bahwa sekali lagi, praktik dan penganiayaan seperti itu digunakan terhadap mereka yang mendukung pengembangan hubungan persahabatan dan saling menguntungkan dengan Federasi Rusia," katanya kepada wartawan melalui panggilan konferensi.

Faksi pro-Barat dan pro-Kremlin di negara itu semakin terpecah sejak invasi Rusia ke Ukraina.

Berita lain terkait dengan Konflik Rusia Vs Ukraina

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas