Rusia Klaim 3.043 Pasukan Militer Kremlin Telah Gugur di Medan Perang Ukraina
selama tiga bulan terakhir jumlah tentara Rusia yang tewas dalam perang Ukraina telah mencapai 3.043 prajurit dengan rentang usia rata-rata 28 tahun
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Memasuki hari ke-98 sejak dimulainya invasi pada akhir Februari lalu, kini kondisi militer Kremlin mulai jatuh berguguran.
Serangan balasan yang dilayangkan Ukraina telah menewaskan ribuan pasukan Rusia.
Menurut data yang dihimpun situs berita iStories, selama tiga bulan terakhir jumlah tentara Rusia yang tewas dalam perang Ukraina telah mencapai 3.043 prajurit dengan rentang usia rata-rata sekitar 28 tahun.
Baca juga: Uni Eropa Bertekad Lemahkan Pendapatan Rusia, 90 Persen Negara UE Putus Impor Minyak dari Moskow
Data tersebut dikumpulkan iStories melalui sumber terbuka seperti media sosial, laporan berita, atau konfirmasi oleh kerabat.
Meskipun jumlah korban Rusia tidak sebanyak korban tewas asal Ukraina, namun melansir dari The Moscow Times, jumlah tersebut terpaut jauh melampaui perkiraan dari Kementerian Pertahanan Rusia.
Sebelum munculnya laporan tersebut, pejabat Kremlin secara terbuka telah mengumumkan kerugian militernya, dimana dalam kurun waktu satu bulan terakhir total korban tewas yang menimpa angkatan militernya telah mencapai 1.351 korban.
Dengan korban tertinggi berasal dari wilayah paling miskin di Rusia seperti Republik Buryatia, Dagestan, dan Chechnya dengan total kematian mencapai 100 tentara.
Sementara untuk wilayah Moskow dan Sankt Peterburg pemerintah Rusia melaporkan bahwa hingga saat ini telah ada lima dan 12 prajurit lokal yang tewas di medan perang Ukraina.
Baca juga: UPDATE Serangan Rusia ke Ukraina Hari ke-98, Berikut Ini Sejumlah Peristiwa yang Terjadi
Tak hanya korban perang saja yang kian bertambah, lebih lanjut situs The Sun melaporkan bahwa Rusia juga telah kehilangan 207 pesawat, 174 helikopter, 1.330 tank, 628 artileri, dan lebih dari 3.000 kendaraan lapis baja, dengan total kerugian yang mencapai miliaran dolar AS.
Meningkatnya jumlah kerugian yang dialami Rusia ternyata sejalan dengan bertambahnya serangan yang ditujukan Kremlin untuk merebut kota Severodonestk dan Luhansk dari Ukraina.
Melansir dari laman Aljazeera, adanya peningkatan serangan ini diyakini karena Rusia ingin memperluas wilayah pendudukannya sebelum sumbangan senjata dari Prancis dan AS datang ke Ukraina.
"Kremlin menyadari mereka tidak bisa membuang waktu lagi dan harus memanfaatkan peluang terakhir untuk memperluas wilayah pendudukan kelompok separatis, karena kedatangan senjata berat dari barat akan membuat rencana itu menjadi mustahil,” kata analis militer Ukraina, Oleg Zhdanov.
Sebagai informasi, keberadaan dua kota ini menjadi penting bagi Rusia lantaran Severodonetsk dan Luhansk menjadi kunci dari selesainya perebutan kawasan industri timur Donbas yang kaya akan cadangan batubara.
Dengan menguasai seluruh Donbas, Rusia dengan mudah dapat memanfaatkan kekayaan alam yang terkandung di wilayah tersebut.