Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tentara Bayaran Inggris Dihukum Mati, Peringatkan Orang Tak Asal Terjun Berperang

Selain Pinner dan Aslin, Pengadilan Donetsk juga menjatuhkan hukuman mati kepada warga Maroko, Saadun Ibrahim.

Penulis: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Tentara Bayaran Inggris Dihukum Mati, Peringatkan Orang Tak Asal Terjun Berperang
Kolase Tribunnews
Dua tentara Inggris, Shaun Pinner dan Aiden Aslin, yang ditangkap pasukan Rusia saat berperang untuk Ukraina, meminta agar ditukar dengan sekutu Presiden Rusia Vladimir Putin yang ditahan Ukraina. 

TRIBUNNEWS.COM, DONETSK – Shaun Pinner dan Aiden Aslin, keduanya warganegara Inggris, dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Donetsk, Kamis (9/6/2022).

Keduanya dinyatakan bersalah ikut bertempur di pihak Ukraina sebagai tentara bayaran yang berusaha merebut kekuasaan secara paksa.

Shaun Pinner memperingatkan kepada semua orang tidak asal terjun ke peperangan, sepanjang ia tidak memahami situasinya.

“Jangan berperang, Anda tidak benar-benar mengerti,” kata Shaun Pinner dikutip Russia Today, Jumat (10/6/2022).

Baca juga: Rusia Serahkan 210 Jenazah Tentara Ukraina, Sebagian Besar Tewas di Mariupol

Baca juga: Pangkalan Tentara Bayaran Asing di Ukraina Hancur Lebur Oleh Serangan Rudal Rusia

Baca juga: Tentara Rusia Temukan Bungkus Mi Instan Merek Terkenal dari Indonesia di Eks Markas Pasukan Ukraina

Shaun Pinner meminta orang mempertimbangkan untuk bergabung dalam perang melawan pasukan Rusia.

“Jangan masuk ke perang yang tidak benar-benar kalian pahami,” katanya memperingatkan.

Selain Pinner dan Aslin, Pengadilan Donetsk juga menjatuhkan hukuman mati kepada warga Maroko, Saadun Ibrahim.

Berita Rekomendasi

Ketiganya dinyatakan bersalah bertindak sebagai tentara bayaran dan berusaha merebut kekuasaan secara paksa di Republik Rakyat Donetsk (DPR).

Mereka juga dituduh menjalani pelatihan untuk melakukan kegiatan teroris di wilayah negara, yang diakui oleh Rusia pada Februari.

Kiev, dan sebagian besar dunia, menganggapnya sebagai provinsi Ukraina yang memisahkan diri.

Di bawah undang-undang DPR, perebutan kekuasaan secara paksa terancam hukuman antara 12 dan 20 tahun di balik jeruji besi.

Namun hukuman dapat ditingkatkan menjadi hukuman mati karena keadaan yang memberatkan waktu perang.

Bertindak sebagai tentara bayaran dapat dihukum dengan hukuman penjara tiga sampai tujuh tahun.

Pria Inggris yang berjuang di Ukraina dan menyerah ke Rusia, Aiden Aslin, dipermalukan di TV Rusia dengan kondisi babak belur dan diborgol.
Pria Inggris yang berjuang di Ukraina dan menyerah ke Rusia, Aiden Aslin, dipermalukan di TV Rusia dengan kondisi babak belur dan diborgol. (Sumber: The Sun)

Kegiatan Teroris di Negara Lain

Ketiga pria itu diadili atas beberapa tuduhan kriminal. Mereka mengaku bersalah karena melakukan pelatihan untuk tujuan melakukan kegiatan teroris.

Mereka juga berusaha secara paksa menggulingkan pemerintah di Donetsk, tetapi membantah menjadi tentara bayaran yang disewa Kiev.

Terpidana dapat mengajukan banding atas keputusan di pengadilan, yang mereka rencanakan, atau meminta pengampunan dari ketua DPR.

Jika mereka memenangkan banding, hukuman mati dapat dikurangi hingga 25 tahun penjara. Menurut undang-undang DPR, hukuman mati dilakukan oleh regu tembak.

Ketiga pria itu ditangkap di atau dekat Mariupol, kota pelabuhan yang diklaim DPR sebagai bagian dari wilayah kedaulatannya.

Terjadi pertempuran intensif selama berminggu-minggu dan akhirnya pengepungan ribuan tentara Ukraina di pabrik baja Azovsta.

Mereka kemudian menyerah tanpa syarat kepada pasukan Rusia dan DPR.

Pemerintah Inggris telah menuntut agar warganya diperlakukan sebagai tawanan perang di bawah Konvensi Jenewa. Namun, Inggris tidak secara resmi berperang dengan DPR.

Pihak berwenang di DPR mengatakan mereka menganggap mereka sebagai tentara bayaran, yang tidak diberikan hak istimewa yang sama seperti kombatan biasa di bawah hukum internasional.

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan televisi RussiaToday, yang dilakukan sesaat sebelum hukuman diumumkan, Pinner meminta calon tentara bayaran untuk menerima kenyataan.

Testimoni Pinner Sebelum Dihukum 

Mereka dapat diadili dan – dalam skenario terburuk – mungkin mendapatkan hukuman mati, dan memperingatkan mereka agar tidak mengeluh ketika itu terjadi.

Pinner mengungkapkan sepanjang waktunya di penahanan Donetsk, banyak hal dan pengalaman yang membuka mata baginya.

“Beberapa orang memang ingin menjadi bagian dari Rusia, dan Anda harus menerimanya,” katanya.

Sekarang, kata Pinner, setelah dia melihat wajah Donetsk, perangnya akan berakhir, tidak peduli apa yang terjadi padanya.

Dia juga mengungkapkan dia ingin mempelajari lebih banyak tentang sejarah kedua belah pihak.

Pinner mengatakan keputusannya bergabung Ukraina didorong eberapa faktor: istrinya yang berkebangsaan Ukraina tidak ingin pindah ke Inggris.

Ia tidak dapat menemukan pekerjaan untuk menghidupi keluarganya. Sembilan tahun bertugas di militer Inggris, Pinner memutuskan menandatangani kontrak tiga tahun dengan angkatan bersenjata Ukraina yang juga akan memberinya tempat tinggal di Ukraina.

Menjadi "patriot Ukraina," orang Inggris itu memutuskan itu akan menjadi kesempatan yang baik memberikan sesuatu kepada Ukraina dan, tentu saja, menerima sesuatu sebagai balasannya.

Dia mengungkapkan gaji standar seorang kontraktor pada titik penempatan permanen adalah jumlah yang setara dengan 360 pound Inggris, yang dapat dinaikkan menjadi sekitar £1.000 untuk berpartisipasi dalam operasi militer.

Menurut Pinner, penekanan pelatihan militer terutama pada pembersihan dan pemeliharaan militer peralatan dengan tidak banyak pelatihan militer yang sebenarnya.

Ada beberapa orang asing di unitnya, orang Inggris itu mengungkapkan, tetapi tiga dari mereka pergi tahun lalu, pergi begitu saja.

Semula Pinner tidak terlalu aktif dalam pertempuran, hingga Februari ketika Rusia menyerang, ia terlibat penuh dalam pertempuran setiap harinya.

Penahanan dan interogasi telah menjadi pengalaman sangat sangat sulit bagi Pinner, terutama kondisi kesendirian dan pembatasan terhadapnya.

Dia mengatakan selama interogasi dia diperlihatkan foto-foto mengerikan, yang diduga menggambarkan pelecehan tahanan perang Rusia oleh militan Ukraina.

"Saya tidak bisa menggerutu, saya tidak tertembak dan saya masih memiliki semua anggota badan dan jari-jari saya," kata pria Inggris itu.

Dia menyatakan harapan dia dan orang asing lainnya yang diadili sebagai tentara bayaran akan ditukar dengan tawanan Rusia.

Ketika ditanya apa yang dia rencanakan setelah kontraknya dengan militer Ukraina berakhir, Pinner mengatakan dia dan keluarganya bermaksud pindah ke Inggris dan memulai hidup baru di sana.

Awal bulan ini, juru bicara militer Rusia, Mayor Jenderal Igor Konashenkov, mengklaim jumlah pejuang asing di Ukraina, telah menurun dari 6.600 menjadi 3.500.

Konashenkov merinci ratusan tentara bayaran asing di Ukraina telah dihancurkan oleh senjata presisi jarak jauh Rusia di titik-titik kumpul kedatangan mereka.

Sebagian besar tentara bayaran, menurut Konashenko, tewas karena tingkat pelatihan yang rendah dan kurangnya pengalaman tempur.

Karena itu, Konashenkov mengklaim, sejak awal Mei, gelombang kedatangan tentara bayaran asing ke Ukraina terhenti.(Tribunnews.com/RussiaToday/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas