Pengemudi Truk Kargo di Korea Selatan Mogok Kerja, Pengusaha Dibuat Merugi Miliaran Won
Kerugian serupa juga dialami oleh pemasok otomotif Volkswagen dan Mercedes-Benz Group yang merugi 50 persen, karena produknya gagal memenuhi kebutuhan
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, ULSAN – Tiga puluh anggota solidaritas pengemudi truk kargo yang tergabung dalam konfederasi serikat buruh Korea Selatan, ditahan oleh Badan Kepolisian Nasional (NPA) usai menghalangi operasional para pengemudi lainnya.
,
Dilansir dari Korea Times penangkapan ini bermula setelah para serikat buruh tersebut dengan sengaja memaksa para sopir truk kargo lainnya untuk mengikuti aksi mogok kerja.
Tak hanya itu mereka bahkan turut menghalangi akses truk kargo yang memasuki kompleks petrokimia serta memblokade truk yang tengah mengirimkan pasokan bahan baku ke para produsen pangan seperti Hite Jinro, di Incheon.
Baca juga: Aksi Mogok Sopir Truk di Korea Berlanjut, Protes Kenaikan Harga BBM dan Minta Gaji Pokok Naik
Hal inilah yang kemudian membuat ke tiga puluh sopir ini terpaksa diamankan NPA atas dugaan kasus provokasi, yang memicu mandeknya aktivitas produksi, memperlambat pengiriman serta menimbulkan risiko baru pada rantai pasokan global, hingga membuat para produsen di Korea Selatan merugi miliaran won.
“Tiga puluh pengemudi truk yang mogok telah ditahan polisi sejak awal pemogokan mereka karena diduga menghalangi bisnis pengemudi truk yang tidak mogok,” jelas petugas NPA.
Hyundai Motor Co di Ulsan misalnya, pabrik otomotif ini turut terdampak dari aksi mogok ribuan supir truk kargo.
Hyundai mencatat sejak dimulainya mogok massal, aktivitas produksi di pabriknya terpaksa dikurangi 60 persen akibat terlambatnya pengiriman bahan baku.
Hal ini lantas memicu pembengkakan kerugian pada Hyundai, dimana pendapatan bulanan pabrik otomotif ini menurun senilai 235 miliar won.
Baca juga: Aksi Mogok Sopir Truk Berlanjut, Hyundai Kerahkan Karyawan Angkut Kendaraan Baru
Kerugian serupa juga dialami oleh pemasok otomotif Volkswagen dan Mercedes-Benz Group yang merugi 50 persen, karena produknya gagal memenuhi kebutuhan pasar global.
Munculnya berbagai kerugian diatas membuat NPA bertindak tegas dengan mengamankan para provokator agar tak mempericuh kondisi mogok kerja.
Meski hingga saat ini pihak buruh sopir dan pemerintah Korea Selatan belum mencapai kesepakatan, namun keduanya terus melakukan berbagai negosiasi.