Rusia Ancam Nuklir ke Polandia, Gara-gara Mantan Menterinya Sarankan Barat Pasok Nuklir ke Ukraina
Rusia mengancam serangan nuklir ke Polandia jika saran dari mantan menterinya untuk mengirim nuklir ke Ukraina dipenuhi.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Pravitri Retno W
Sikorski yang saat ini menjabat sebagai Deputi Parlemen Eropa menyarankan agar Ukraina disediakan senjata nuklir.
Sebab, menurutnya, Rusia melanggar ketentuan Memorandum Budapest tentang Jaminan Keamanan dengan menolak untuk menghormati kedaulatan dan integritas Ukraina.
Sehingga, Sikorski berpendapat senjata nuklir harus dikembalikan ke Kyiv, meskipun Ukraina secara sukarela membuangnya.
"Rusia telah melanggar memorandum (Budapest) dan oleh karena itu Barat dapat memberi Ukraina kesempatan untuk mempertahankan kemerdekaannya," kata Sikorski.
Rusia Diprediksi Gunakan Senjata Lebih Mematikan
Sebelumnya diberitakan, pejabat Ukraina dan Inggris memperingatkan pada Sabtu (11/6/2022), pasukan Rusia mengandalkan senjata yang bisa menyebabkan kerugian korban secara massal dalam perang.
Peringatan tersebut terjadi saat Rusia kini mencoba membuat kemajuan dalam merebut Ukraina timur.
Pertempuran sengit di antara Rusia dan Ukraina pun terjadi yang membuat kedua belah pihak kehabisan amunisinya.
Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan, pembom Rusia diperkirakan akan meluncurkan rudal anti-kapal era 1960-an yang berat di Ukraina.
Terutama Rudal Kh-22 yang dirancang untuk menghancurkan kapal induk menggunakan hulu ledak nuklir.
"Ketika digunakan dalam serangan darat dengan hulu ledak konvensional, mereka 'sangat tidak akurat dan karena itu dapat menyebabkan kerusakan parah dan korban jiwa,' kata kementerian itu, dikutip APNews, Minggu (12/6/2022).
Seperti diketahui, kedua belah pihak telah mengeluarkan sejumlah besar persenjataan dalam perang gesekan untuk memperebutkan wilayah timur tambang batu bara dan pabrik yang dikenal sebagai Donbas.
Perebutan Donbas itu membuat beban yang besar pada sumber daya dan persediaan mereka.
"Rusia kemungkinan menggunakan rudal anti-kapal 5,5 ton (6,1 ton) karena kekurangan rudal modern yang lebih presisi," kata kementerian Inggris.