AS akan Bangun Silo di Perbatasan Ukraina untuk Bantu Ekspor Hasil Pertanian
Silo untuk menyimpan hasil pertanian akan dibangun di perbatasan Ukraina, termasuk Polandia.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Presiden AS Joe Biden mengumumkan akan membangun silo untuk menyimpan hasil pertanian Ukraina di wilayah perbatasan, termasuk Polandia.
Mengutip The Guardian, Biden mengatakan pada konvensi serikat pekerja Philadelphia pada Selasa (14/6/2022) bahwa ia membahas rencana itu dengan pemerintah Eropa untuk membantu menurunkan harga pangan.
Diperkirakan ada 20 juta ton biji-bijian terperangkap di Ukraina.
Ukraina merupakan pengekspor gandum terbesar kelima di dunia.
Namun sejak perang dimulai pada akhir Februari lalu, ekspor yang tersendat menyebabkan kekhawatiran kelaparan di beberapa negara.
Ketika Rusia menyerbu, pasukan Putin memblokade pelabuhan Laut Hitam Ukraina.
Baca juga: Presiden Turki Berencana Mengadakan Pembicaraan dengan Putin dan Zelensky, Membahas Ekspor Gandum
Baca juga: Ini Kemungkinan 4 Rute Ekspor Gandum, Hasil Rundingan Rusia, Ukraina, Turki dan PBB
Pasukan Rusia dan Ukraina juga telah mengisi perairan sekitarnya dengan ranjau.
Upaya untuk memulai kembali pengiriman gandum gagal.
Sekitar 84 kapal asing terjebak di pelabuhan Ukraina.
Banyak kapal memuat biji-bijian di dalamnya.
Biden menyebut AS telah mengerjakan rencana untuk mengekspor biji-bijian melalui negara tetangga Ukraina dengan kereta api.
Tetapi ia mengakui rute darat penuh dengan masalah logistik.
Rute kereta api hanya dapat memindahkan sebagian kecil dari gandum yang biasanya diekspor Ukraina melalui pelabuhan Laut Hitamnya.
Selain itu, kereta api Ukraina beroperasi pada rel yang lebih lebar daripada rel yang digunakan oleh kereta lainnya di Eropa.
Biden menyarankan membangun silo adalah pilihan yang lebih baik untuk saat ini dan dapat membantu Ukraina mengulur waktu.
Dalam pidatonya, Biden mengatakan biji-bijian tidak bisa keluar melalui Laut Hitam karena akan "terlempar keluar dari air" akibat adanya ranjau.
"Jadi kami akan membangun silo, silo sementara, di perbatasan Ukraina, termasuk di Polandia," kata Biden.
"Gandum dapat ditransfer dari gerbong kereta api Ukraina ke dalam silo baru dan kemudian ke gerbong barang Eropa untuk membawanya ke laut dan mengirimkannya ke seluruh dunia," katanya.
Namun Biden mengakui rencana itu memakan waktu.
"Ini hanyalah salah satu langkah yang mungkin berguna dalam memastikan ketahanan pangan."
"Tetapi kami juga membutuhkan koridor hijau untuk pelabuhan kami," kata Andriy Yermak, Kepala Staf Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, dalam sebuah posting online, mengacu pada blokade.
Kementerian pertanian Ukraina pada hari Selasa mengatakan negara-negara Eropa sedang mempertimbangkan untuk menyediakan silo sementara untuk "mempertahankan hasil panen dan mengamankan pasokan biji-bijian di masa depan".
Penahanan dalam mengekspor biji-bijian telah berkontribusi pada apa yang disebut analis sebagai "badai sempurna" untuk pasokan makanan global.
Sebab, para petani menghadapi kenaikan biaya minyak dan pupuk serta efek yang masih ada dari pembatasan tenaga kerja akibat virus corona.
Kepala Uni Afrika bulan lalu juga memperingatkan bahwa blokade Moskow terhadap pelabuhan-pelabuhan Ukraina berpotensi terjadinya "bencana" kekurangan pangan dan kenaikan harga.
Pertanyaan Keras dari Jurnalis Ukraina ke Menteri Rusia Mengenai Ekspor Gandum
Pekan lalu, seorang jurnalis Ukraina melontarkan pertanyaan memojokkan kepada Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, saat berada di Ankara, Turki.
Dilaporkan Guardian, Lavrov berada di Turki pada hari Rabu (8/6/2022) untuk membahas pembentukan koridor aman untuk ekspor gandum Ukraina.
Saat konferensi pers yang digelar oleh Lavrov dan rekannya dari Turki, Mevlüt Cavuşoğlu, jurnalis bernama Muslim Umerov berusaha mengajukan pertanyaan.
Tetapi ia tidak diberi kesempatan.
Ia akhirnya berdiri dan langsung bertanya dengan suara keras.
"Saya dari televisi publik Ukraina, saya sangat ingin mengajukan pertanyaan," katanya.
Baca juga: Ditangkal Negara Tetangga, Menlu Rusia Sergey Lavrov Gagal Terbang ke Serbia
Baca juga: Lavrov: Sanksi Terhadap Rusia Justru Berbalik Sengsarakan Rakyat Uni Eropa
Lavrov disebut tampak tidak siap dengan pernyataan tak terduga itu, setelah percakapan konferensi pers dilakukan dengan hati-hati.
"Selain biji-bijian, barang apa lagi yang Anda curi dari Ukraina dan kepada siapa Anda menjualnya?" tanya Umerov.
Sambil tersenyum, Lavrov menjawab:
"Kalian orang Ukraina selalu khawatir tentang apa yang dapat dicuri dan Anda pikir semua orang berpikir seperti itu."
"Tujuan kami di sana jelas, kami ingin menyelamatkan orang dari tekanan rezim neo-Nazi."
"Kami tidak menghalangi gandum."
"Agar bahan makanan itu dapat meninggalkan pelabuhan, Zelensky harus memberi perintah, itu saja," tambahnya.
Baca juga: Menlu Sergei Lavrov Beberkan Strategi Geopolitik Rusia, Dekati China dan Sebut Barat Diktator
Baca juga: Kapal Induk Kebanggaan Rusia Gagal Berlayar Gara-gara Penundaan Perbaikan
Ketika dihubungi oleh Agence France-Presse, Umerov, yang tinggal di Istanbul dan bekerja untuk televisi publik Ukraina, menjelaskan bahwa ia sudah mencoba mengangkat tangannya selama sesi tanya jawab.
Namun kemudian ia menyadari penyelenggara tidak membiarkannya berbicara.
Maka dari itu, ia memutuskan untuk menyela dengan keras.
"Saya mengambil risiko mengganggu konferensi pers karena seluruh Ukraina sedang menunggu jawaban atas pertanyaan ini," katanya.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)