Kunjungi Kyiv, Presiden Prancis Emmanuel Macron Kecam Aksi Barbar Rusia Terhadap Ukraina
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengecam "barbarisme" serangan Rusia di Ukraina saat ia mengunjungu Kyiv bersama para pemimpin Eropa lainnya.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Inza Maliana
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengecam "barbarisme" serangan Rusia di Ukraina saat ia mengunjungi negara itu pada hari Kamis (16/6/2022).
Macron mengunjungi Ukraina bersama Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Perdana Menteri Italia Mario Draghi.
Dilansir Independent, Macron berbicara dari kota Irpin yang hancur.
Kota itu merupakan tempat dugaan kejahatan perang yang dilakukan pasukan Moskow selama awal perang.
Pemimpin Prancis itu memuji keberanian warga Irpin dan warga sekitar yang telah membantu menggagalkan upaya Rusia untuk menguasai ibu kota.
Baca juga: UPDATE Serangan Rusia ke Ukraina Hari ke-114, Berikut Ini Sejumlah Peristiwa yang Terjadi
Baca juga: Co-Sherpa G20 RI Bantah Undang Ukraina Sebab Tekanan Negara Lain
Sementara itu, Scholz mengatakan, Irpin telah menjadi "simbol kekejaman yang tak terbayangkan dari perang Rusia, untuk kekerasan yang tidak masuk akal".
Draghi menambahkan, pendukung Ukraina akan bangun kembali dengan bantuan Eropa.
"Mereka menghancurkan rumah sakit anak, taman bermain, dan semuanya akan dibangun kembali," katanya.
Para pemimpin Eropa itu juga mengatakan mereka berharap untuk mengirim "pesan persatuan" menjelang pembicaraan dengan presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Ketiganya melakukan perjalanan bersama di kereta malam yang disediakan oleh otoritas Ukraina.
Mereka lalu mengadakan pertemuan panjang di gerbong makan sampai lewat tengah malam.
Kunjungan bersejarah ke Ukraina itu terjadi di tengah kritik terhadap tiga pemimpin itu karena tidak berbuat cukup untuk mendukung Kyiv sejak pasukan Vladimir Putin menyerbu pada akhir Februari.
Ukraina juga sangat kritis terhadap kurangnya bantuan militer Jerman.
Duta besar Ukraina untuk Jerman, Andrij Melnyk, mengatakan kepada penyiar Jerman NTV bahwa dia mengharapkan Scholz untuk menyerahkan senjata berat yang telah lama dijanjikan tetapi belum dikirimkan.
Macron sendiri juga telah dikritik karena mendesak negara-negara lain untuk tidak "mempermalukan" Putin.
Oleksiy Arestovych, seorang penasihat Zelensky, mengatakan kepada surat kabar Jerman Bild minggu ini bahwa dia khawatir ketiga pemimpin itu akan menekan Kyiv untuk menerima kesepakatan damai yang menguntungkan Putin.
"Mereka akan mengatakan bahwa kita perlu mengakhiri perang yang menyebabkan masalah pangan dan masalah ekonomi ... bahwa kita perlu menyelamatkan wajah Putin," kata Arestovych.
Scholz telah menepis tuduhan telah menahan dukungan militer yang sangat dibutuhkan.
Ia mengatakan Jerman adalah salah satu pendukung militer dan keuangan terbesar Ukraina.
Tetapi ia menyebut membutuhkan waktu untuk melatih tentara Ukraina menggunakan sistem artileri canggih yang ditawarkannya.
Pada hari Kamis, para menteri pertahanan NATO bertemu di Brussel untuk mempertimbangkan lebih banyak bantuan militer untuk Ukraina.
Banyak orang di Ukraina berharap bahwa kunjungan para pemimpin dapat menandai titik balik dengan membuka jalan bagi pasokan senjata baru yang signifikan, terutama ketika para pejabat mengamati kehancuran perang secara langsung.
Dalam hal aspirasi Ukraina untuk bergabung dengan UE, Komisi Eropa akan membuat rekomendasi pada hari Jumat tentang status Ukraina sebagai kandidat yang cocok.
Di darat, pasukan Rusia melanjutkan serangan ofensif mereka di wilayah Donbas timur.
Sirene serangan udara terdengar saat para pemimpin Eropa itu berada di Kyiv melaksanakan kunjungan mereka.
Di sisi lain, kunjungan mereka ke Ukraina tidak disambut baik oleh Rusia.
Dmitry Medvedev, mantan presiden Rusia, mengoceh di Twitter bahwa "Penggemar katak, sosis, dan spageti Eropa suka mengunjungi Kiev. Tanpa manfaat."
Ia melanjutkan ocehannya di media sosial dengan mengklaim kunjungan para pemimpin itu tidak akan membawa perdamaian ke Ukraina.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)