Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Rusia Kini Jadi Pemasok Minyak Terbesar untuk China, Menggeser Arab Saudi

Di tengah sanksi barat, Rusia jusru berjaya dengan menjadi pemasok minyak terbesar untuk China.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Miftah
zoom-in Rusia Kini Jadi Pemasok Minyak Terbesar untuk China, Menggeser Arab Saudi
Natalia KOLESNIKOVA / AFP
Pemandangan menunjukkan kilang minyak Moskow milik produsen minyak Rusia Gazprom Neft di pinggiran tenggara Moskow pada 28 April 2022. Di tengah sanksi barat, Rusia jusru berjaya dengan menjadi pemasok minyak terbesar untuk China. 

TRIBUNNEWS.COM - Impor minyak mentah China dari Rusia pada bulan Mei melonjak 55 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Rusia kini menggusur Arab Saudi sebagai pemasok utama, The Guardian melaporkan.

Impor minyak Rusia, termasuk pasokan yang dipompa melalui pipa Siberia Pasifik timur dan pengiriman melalui laut, berjumlah hampir 8,42 juta ton, menurut data pada hari Senin (20/6/2022) dari administrasi umum bea cukai China.

Pengiriman tersebut setara dengan hampir 2 juta barel per hari (bph) dan naik seperempat dari 1,59 juta barel per hari pada bulan April.

China adalah importir minyak mentah terbesar dunia.

Baca juga: Intelijen Inggris: Moral Pasukan Rusia Rendah, Mungkin Bingung Tujuan Perang

Baca juga: Ekonomi Rusia Tampak Stabil Meski Dihujani Sanksi, Departemen Keuangan AS Tidak Percaya

Perusahaan-perusahaan China, termasuk raksasa penyulingan negara Sinopec dan Zhenhua Oil yang dikelola negara, telah meningkatkan pembelian minyak Rusia.

Mereka tertarik dengan diskon besar-besaran Rusia setelah perusahaan-perusahaan minyak barat dan perusahaan-perusahaan perdagangan mundur karena sanksi.

Berita Rekomendasi

Diskon hingga 30 persen telah membantu Rusia untuk menjaga pundi-pundinya tetap terisi meskipun ada sanksi dari barat yang dirancang untuk melumpuhkan ekonomi negara itu.

Kremlin meraup sekitar $20 miliar dari ekspor minyak pada bulan Mei.

Melonjaknya harga minyak juga memainkan peran besar dalam ekonomi Rusia.

Harga minyak naik lebih dari 60 persen dalam 12 bulan terakhir menjadi sekitar $ 112 per barel untuk minyak mentah patokan internasional pada hari Senin.

Pembelian oleh China dinilai merupakan bagian dari sikap hati-hati Beijing atas konflik Ukraina.

Presiden Xi Jinping sebelumnya telah menawarkan dukungan tersirat yang kuat kepada sekutu otoriternya di Kremlin, Vladimir Putin.

Pemandangan menunjukkan kilang minyak Moskow milik produsen minyak Rusia Gazprom Neft di pinggiran tenggara Moskow pada 28 April 2022.
Pemandangan menunjukkan kilang minyak Moskow milik produsen minyak Rusia Gazprom Neft di pinggiran tenggara Moskow pada 28 April 2022. (Natalia KOLESNIKOVA / AFP)

Meski pada awalnya menghindari komentar apa pun tentang perang, Beijing telah mengkritik sanksi barat terhadap Rusia.

China menyebut sanksi itu sebagai "terorisme keuangan" dan "persenjataan ekonomi", dan juga menyerang penjualan senjata ke Kyiv oleh negara-negara luar seperti AS dan Inggris.

Saat ini, Arab Saudi menjadi pemasok terbesar kedua untuk China, dengan volume Mei naik 9 % pada tahun ini menjadi 7,82 juta ton, atau 1,84 juta barel per hari.

Angka ini turun dari 2,17 juta barel per hari pada April.

Rusia mengambil kembali peringkat teratas setelah jeda 19 bulan.

Data bea cukai yang dirilis pada hari Senin juga menunjukkan China mengimpor 260.000 ton minyak mentah Iran bulan lalu, pengiriman ketiga minyak Iran sejak Desember lalu.

Terlepas dari sanksi AS terhadap Iran, China terus mengambil minyak dari Iran, yang biasanya diberikan sebagai pasokan dari negara lain.

Tingkat impor dari Iran kira-kira setara dengan 7 % dari total impor minyak mentah China.

Impor minyak mentah China secara keseluruhan naik hampir 12 % pada Mei dari basis rendah tahun sebelumnya menjadi 10,8 juta barel per hari, dibandingkan rata-rata tahun 2021 sebesar 10,3 juta barel per hari.

Janji Xi Jinping kepada Putin: China akan Selalu Dukung Rusia dalam Hal Kedaulatan dan Keamanan

Presiden China Xi Jinping mengatakan kepada Vladimir Putin melalui telepon pada hari Rabu (15/6/2022) bahwa Beijing akan terus mendukung Moskow dalam hal "kedaulatan dan keamanan", menurut media pemerintah CCTV yang dikutip France24.

China bersedia untuk terus menawarkan dukungan timbal balik kepada Rusia pada isu-isu mengenai kepentingan inti dan keprihatinan utama seperti kedaulatan dan keamanan, kata Xi seperti yang diberitakan CCTV.

Panggilan telepon itu adalah yang kedua yang dilaporkan antara kedua pemimpin sejak Putin melancarkan invasinya ke Ukraina pada 24 Februari lalu.

Tidak seperti negara-negara barat, China  menolak untuk mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.

China juga dianggap memberikan perlindungan diplomatik untuk Rusia dengan mengecam sanksi Barat dan penjualan senjata ke Kyiv.

Menurut CCTV, Xi memuji momentum pembangunan hubungan bilateral yang baik dalam menghadapi gejolak dan perubahan global.

Baca juga: Rusia dan Ukraina Perang, Xi Jinping Bertemu Petinggi Uni Eropa Bahas Kemitraan Strategis

Baca juga: Biden Beri Peringatan ke Presiden China Xi Jinping Jika Dukung Rusia, Bahas soal Konsekuensinya

Presiden China Xi Jinping terlihat di layar selama pertemuan melalui konferensi video dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Kremlin di Moskow pada 28 Juni 2021.
Presiden China Xi Jinping terlihat di layar selama pertemuan melalui konferensi video dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Kremlin di Moskow pada 28 Juni 2021. (Alexey NIKOLSKY / Sputnik / AFP)

Beijing juga bersedia mengintensifkan koordinasi strategis antara kedua negara, kata Xi.

China siap untuk memperkuat komunikasi dan koordinasi dengan Rusia dalam organisasi internasional serta mendorong tatanan internasional dan pemerintahan global menuju pembangunan yang lebih adil dan masuk akal, tambahnya.

Uni Eropa dan Amerika Serikat telah memperingatkan bahwa setiap dukungan dari Beijing untuk perang Rusia di Ukraina, maunpun membantu Moskow untuk menghindari sanksi Barat, akan dianggap sebagai perusak hubungan.

China dan India adalah dua negara ekonomi utama yang belum mengambil bagian dalam tindakan pembalasan terhadap Moskow atas invasinya.

Di mata pejabat China, Eropa membiarkan diri mereka terpengaruh untuk mendukung Ukraina, atas inisiatif Washington, padahal langkah itu bertentangan dengan kepentingan mereka (Eropa) sebagai konsumen gas Rusia.

Meski pernah menjadi musuh dalam Perang Dingin, Beijing dan Moskow telah meningkatkan kerja sama dalam beberapa tahun terakhir sebagai "penyeimbang" dari apa yang mereka sebut sebagai "dominasi global AS."

Baca juga: Joe Biden akan Bicara dengan Xi Jinping Lewat Telepon, Bahas Keberpihakan China atas Rusia

Baca juga: Sikap China Terkait Invasi Rusia: Dukung Pembicaraan Damai, Sebut Sanksi Tak Selesaikan Masalah

Kedua negara semakin dekat di bidang politik, perdagangan dan militer.

Pekan lalu, kedua belah pihak meluncurkan jembatan jalan pertama yang menghubungkan kedua negara.

Jembatan itu menghubungkan kota Blagoveshchensk di timur jauh Rusia dengan kota Heihe di China utara.

Telepon antara kedua pemimpin itu dilakukan bertepatan pada hari ulang tahun Xi yang ke-69.

Xi, yang menyebut Putin sebagai "teman lama", juga mengundang rekannya itu ke upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin Beijing pada awal Februari.

Beijing adalah mitra dagang terbesar Moskow.

Volume perdagangan kedua negara mencapai $ 147 miliar tahun lalu, menurut data bea cukai China.

Angka naik lebih dari 30 persen dibandingkan pada 2019.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas