Sejarah Operasi Barbarossa 22 Juni 1941, Invasi Nazi Jerman ke Uni Soviet di Era Hitler dan Stalin
Sejarah Operasi Barbarossa 22 Juni 1941, Invasi Nazi Jerman ke Uni Soviet pada Era Hitler dan Stalin. Hitler meluncurkan serangan kejutan ke Soviet.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Daryono
Hitler dan para jenderalnya awalnya menjadwalkan invasi ke Uni Soviet pada pertengahan Mei 1941.
Namun, kebutuhan tak terduga untuk menyerang Yugoslavia dan Yunani pada bulan April tahun itu memaksa mereka untuk menunda kampanye Soviet hingga akhir Juni.
Pada 22 Juni 1941, antara jam 3.05 dan 3.30 pagi, serangan kejutan Jerman mulai diluncurkan.
Jerman menggunakan sekitar 2500 pesawat tempur dan menyerang angkatan udara Soviet.
Pada Operasi ini, Hitler menunjuk Jenderal Franz Halder sebagai penanggung jawab rencana dan Operasi Barbarossa.
Hitler sempat menunda operasi ini hingga lima minggu, yang telah mempersingkat waktu untuk melakukan invasi ke Uni Soviet.
Hal ini terbukti lebih serius karena pada tahun 1941 musim dingin Rusia tiba lebih awal dari biasanya.
Namun demikian, Hitler dan para Jenderalnya yakin bahwa Tentara Merah dapat dikalahkan dalam dua atau tiga bulan.
Hitler yakin, pada akhir Oktober Jerman akan menaklukkan seluruh bagian Eropa Rusia dan Ukraina barat dari garis yang membentang dari Arkhangelsk (Malaikat) ke Astrakhan.
Baca juga: Putin Kerahkan Rudal S-500 ke Pasukan Rusia, Sebut Senjata Tercanggih Tak Ada Bandingannya di Dunia
Kekuatan Tentara Nazi Jerman
Untuk invasi melawan Uni Soviet, Jerman mengalokasikan hampir 150 divisi yang terdiri dari sekitar tiga juta orang.
Di antara unit-unit itu ada 19 divisi panzer, dan total pasukan Barbarossa memiliki sekitar 3.000 tank, 7.000 artileri, dan 2.500 pesawat.
Itu pada dasarnya adalah kekuatan invasi terbesar dan terkuat dalam sejarah manusia.
Kekuatan Jerman semakin ditingkatkan dengan lebih dari 30 divisi pasukan Finlandia dan Rumania.