G7 Berjanji akan Terus Bersama Ukraina Hingga Akhir
Di hari kedua KTT G7, para pemimpin negara terkaya di dunia berjanji akan terus mendukung Ukraina hingga akhir.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Miftah
Dalam pernyataan bersama mereka, para pemimpin G7 mengatakan mereka tetap berkomitmen untuk mempertahankan dan mengintensifkan sanksi terhadap pemerintah Presiden Vladimir Putin dan para pendukung di negara tetangga Belarusia.
Akan ada sanksi terhadap ekspor emas dan minyak dan juga sanksi yang ditargetkan pada mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan perang, kata pernyataan bersama itu.
Baca juga: Saat Jokowi Diistimewakan pada Pertemuan KTT G7, Duduk Paling Depan dan Dirangkul Joe Biden
Soal bahan pangan yang tertahan di pelabuhan Ukraina, G7 menyalahkan Moskow atas meningkatnya ancaman terhadap kerawanan pangan global sebagai akibat dari konflik tersebut.
Sebagian besar ekspor biji-bijian Ukraina yang bernilai tinggi terancam membusuk di gudang lokal karena pasukan Rusia terus memblokir pelabuhan Ukraina di Laut Hitam.
"Kami mendesak Rusia untuk menghentikan pemblokiran, tanpa syarat, serangannya terhadap infrastruktur pertanian dan transportasi."
"Kami ingin Rusia memungkinkan jalur bebas pengiriman pertanian dari pelabuhan Ukraina," kata pernyataan G7.
Berbicara saat KTT, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan kepada BBC "harga kebebasan layak dibayar" dalam mendukung Ukraina.
Bantuan itu harus terus ditawarkan untuk membangun kembali ekonominya, mengekspor biji-bijian dan melindungi warganya.
Baca juga: PM Inggris, PM Kanada hingga Presiden Uni Eropa Meledek Putin di Pertemuan G7, Picu Situasi Memanas
Sebelumnya pada hari Senin, Johnson tertangkap kamera sedang mengolok-olok Vladimir Putin, yang gemar berpose bertelanjang dada.
Johnson memberi tahu para pemimpin dunia lainnya bahwa mereka harus "menunjukkan Rusia dada kita".
Di sisi lain, saat pemimpin G7 bertemu pada hari Senin, muncul laporan bahwa Rusia telah gagal membayar utangnya untuk pertama kalinya sejak 1998.
Rusia telah melewatkan tenggat waktu pembayaran utang $100 juta-nya.
Namun Kremlin mengatakan masalah itu bukan masalah mereka, karena pembayaran telah dilakukan pada bulan Mei, tetapi telah diblokir oleh sanksi Barat.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)