Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Dian Riffia Wanita Asal Jabar yang Bekerja di Fasilitas Akomodasi Desa Tenryu Jepang

Dian Riffia kini bekerja di fasilitas akomodasi di Desa Tenryu, Prefektur Nagano. Dia datang ke Jepang sebagai pemagang.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Cerita Dian Riffia Wanita Asal Jabar yang Bekerja di Fasilitas Akomodasi Desa Tenryu Jepang
Foto Nagano Broadcasting System
Dian Riffia (23), wanita asal Kuningan Jawa Barat datang ke Jepang karena susah cari kerja di Indonesia. 

Pada Januari 2021, Dian bersekolah di sekolah bahasa Jepang. Enam bulan kemudian, dia mengetahui tentang perekrutan Ryusenkaku dan segera melamar.

Baca juga: Tradisi Musim Panas Festival Tanabata Kembali Digelar di Jepang Hingga 7 Juli 2022

"Ada kekurangan sumber daya manusia, jadi saya merekrut tenaga asing," papar Manajer Ryusenkaku, Haruki Miura.

Tingkat penuaan desa adalah 62 persen, yang merupakan tertinggi kedua di negara Jepang.

Orang-orang muda sering meninggalkan desa ketika mereka pergi ke sekolah, dan ada kekurangan tenaga kerja yang kronis.

"Oleh karena itu, saya memutuskan untuk menerima dari luar negeri melalui perusahaan mediasi. Saya melakukan wawancara online dan memilih Dian," kata Haruki Miura.

"Intinya dia menjawab dengan wajah cerah dan suara yang cerah. Saya pikir dia yang terbaik karena saya ingin dia merespons dengan senyum cerah ketika berurusan dengan pelanggan," tambah Haruki Miura.

Hari ketika Dian ke Jepang diputuskan ternyata pada hari ulang tahun Dian.

"Itu adalah hadiah dari Tuhan," kata Dian.

Dian seharusnya datang ke Jepang pada Desember 2021, tetapi karena pandemi Covid-19, ditunda hingga akhir April.

Baca juga: Menlu Jepang Yoshimasa Hayashi Dijadwalkan Hadiri Pertemuan G20 di Bali 7 Hingga 8 Juli 2022

Berita Rekomendasi

Dan setelah periode pelatihan, Dian pergi ke Ryusenkaku dari Juni 2022.

"Desaku juga desa pegunungan, jadi mungkin mirip. Tapi desaku sangat ramai. Di sini sepi, aku lebih suka tempat yang sepi," katanya.

Dian melakukan pekerjaannya sambil menerima bimbingan dari senior.

"Dian orang yang serius, cepat mengingat pekerjaannya," ungkap seniornya.

Komunikasi dengan staf lain lancar. Ini adalah hasil belajar bahkan selama penundaan kunjungannya ke Jepang.

Waktu istirahat siang Dian biasanya kembali ke rumah.

Setiap hari Dian selalu menelepon ibunya, Nur Hayani.

"Saya kesepian ketika Dian pergi ke Jepang, tapi saya lega karena saya bisa melihat bagaimana keadaannya. Saya berdoa untuk keselamatan putri saya," ungkap sang ibu.

"Ketika saya berbicara dengan ibu saya, saya merasa kesepian (merasa). Ibu saya suka berbicara, jadi saya berbicara tentang apa saja," papar Dian.

Pada hari ini, ada dua kelompok tamu perjalanan sehari. Berpartisipasi dalam satu kelompok adalah Seiichi Nagamine, yang juga presiden Ryusenkaku.

"Apakah kamu sudah terbiasa dengan Jepang?" tanya Wali Kota Desa Nagamine Seiichi.

"Aku sudah sedikit terbiasa," jawab Dian.

"Jika Anda memiliki masalah, tolong beri tahu manajer. Lakukan yang terbaik," pesan Wali Kota Desa Nagamine Seiichi.

"Terima kasih. Saya akan melakukan yang terbaik," jawab Dian.

Wali Kota Desa Nagamine Seiicchi mengakui ada kekurangan sumber daya manusia dan tenaga kerja di desa.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas