Tak Becus Urus Ekonomi yang Morat-marit, Presiden Srilanka Diminta Mundur oleh Uskup Agung
Presiden Gotabaya Rajapaksa dituntut mundur dari pemerintahan karena dinilai tak mampu membenahi perekonomian Sri Lanka yang kini morat-marit.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Sri Lanka Ranil Wickremesinghe disebut akan membuat pernyataan khusus di parlemen pada Selasa waktu setempat.
Ia akan mengklarifikasi hasil diskusi yang diadakan dengan International Monetary Fund (IMF). Informasi ini disampaikan Menteri Bandula Gunawardena kepada parlemen Senin kemarin.
Gunawardena menyampaikan bocoran itu untuk menanggapi pertanyaan yang dilontarkan Ketua Oposisi Whip Lakshman Kiriella.
Karena Kiriella terus mempertanyakan 'apakah negosiasi dengan IMF telah gagal?'.
"Media asing di Amerika Serikat (AS) telah melaporkan bahwa negosiasi dengan IMF telah gagal. Kami ingin tahu situasi sebenarnya, kami sebenarnya mengharapkan pernyataan dari pemerintah terkait negosiasi hari ini. Namun hal seperti itu tidak terjadi," kata Kiriella.
Kiriella berharap hasil diskusi antara pemerintah Sri Lanka dengan IMF berujung positif.
"Kami berharap negosiasi dengan IMF akan berhasil, karena rakyat bangsa ini harus dibebaskan dari penderitaan mereka," tegas Kiriella.
Butuh 18 Bulan
Ranil Wickremesinghe mengatakan bahwa stabilisasi dan pemulihan negara itu diprediksi membutuhkan waktu sekitar 18 bulan.
Ia menambahkan bahwa jalan ke depan akan mencakup proposal ekonomi yang didorong oleh konsensus dan amandemen ke-21.
Dikutip dari laman www.dailynews.lk, Senin (4/7/2022), Wickremesinghe menyampaikan bahwa India memiliki lebih sedikit birokrasi dalam membantu Sri Lanka.
Sedangkan China tidak mengalihkan fokusnya dari Asia Tenggara dan tertarik pada Asia Selatan.
"China memiliki banyak kepentingan di kawasan ini, dan India juga akan punya banyak informasi tentang kami dengan perbatasan di Himalaya. Saya tidak berpikir China telah meningkatkan minat mereka di Asia Selatan, di Sri Lanka, di Kepulauan, di Maladewa, Seychelles. Namun saya pikir minat itu masih ada pada India, karena jika tidak, India tidak akan memindahkan pasukan di sekitar Ladakh," kata Wickremesinghe.
Kendati demikian, ia terus menekankan bahwa China tidak meninggalkan Sri Lanka, namun Sri Lanka lebih memilih India.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.