5 Riwayat Resesi Global, Ada The Great Depression dan Krisis Finansial Asia 1997
5 Riwayat Resesi Global, ada The Great Depression dan krisis finansial Asia 1997 yang berdampak di Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dll.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini riwayat resesi yang pernah terjadi secara global.
Resesi global terjadi karena krisis ekonomi yang melanda sebagian besar dunia.
Menurut Britannica, dunia pernah mengalami krisis ekonomi karena resesi yang terjadi secara masif.
Simak daftar resesi global yang pernah terjadi di dunia.
Baca juga: Tanggapan Sri Mulyani soal Indonesia Berpotensi Resesi, Minta Tetap Waspada
Krisis Kredit tahun 1772
Krisis kredit berasal dari London dan dengan cepat menyebar ke seluruh Eropa.
Pada pertengahan 1760-an, Kerajaan Inggris telah mengumpulkan sejumlah besar kekayaan melalui kepemilikan dan perdagangan kolonialnya.
Hal ini menciptakan aura optimisme yang berlebihan dan periode ekspansi kredit yang cepat oleh banyak bank Inggris.
Kehebohan itu tiba-tiba berakhir pada 8 Juni 1772, ketika Alexander Fordyce—mitra bank Inggris Neal, James, Fordyce, dan Down—melarikan diri ke Prancis untuk menghindari pembayaran utangnya.
Berita itu dengan cepat menyebar dan memicu kepanikan perbankan di Inggris.
Baca juga: Termasuk Indonesia, Ini Daftar Negara yang Berpotensi Resesi dan Presentasenya
Para kreditur mulai membentuk antrean panjang di depan bank-bank Inggris untuk menuntut penarikan tunai instan.
Krisis kredit berikutnya dengan cepat menyebar ke Skotlandia, Belanda, bagian lain Eropa, dan koloni Inggris-Amerika.
Sejarawan telah mengklaim, dampak ekonomi dari krisis ini adalah salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap protes Boston Tea Party dan Revolusi Amerika.
Depresi Hebat tahun 1929–1939
The Great Depression atau Depresi Hebat adalah bencana keuangan dan ekonomi terburuk abad ke-20.
Banyak yang percaya Depresi Hebat dipicu oleh kehancuran Wall Street tahun 1929 dan kemudian diperburuk oleh keputusan kebijakan pemerintah AS yang buruk.
Masa depresi ini berlangsung hampir 10 tahun dan mengakibatkan hilangnya pendapatan besar-besaran, rekor tingkat pengangguran, dan kehilangan output, terutama di negara-negara industri.
Di Amerika Serikat tingkat pengangguran mencapai hampir 25 persen pada puncak krisis tahun 1933.
Baca juga: Apa Itu Resesi? Penyebabnya Termasuk Utang Berlebihan hingga Inflasi, Indonesia Disebut Berpotensi
Kejutan Harga Minyak OPEC tahun 1973
Krisis harga minyak ini dimulai ketika negara-negara anggota OPEC (Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak)—terutama yang terdiri dari negara-negara Arab—memutuskan untuk membalas Amerika Serikat.
Penghentian ekspor minyak ini adalah tanggapan atas pengiriman pasokan senjata AS ke Israel selama Perang Arab-Israel Keempat.
Negara-negara OPEC mendeklarasikan embargo minyak dan langsung menghentikan ekspor minyak ke Amerika Serikat dan sekutunya.
Hal ini menyebabkan kekurangan minyak besar dan lonjakan harga minyak yang parah, sehingga menyebabkan krisis ekonomi di AS serta negara maju lainnya.
Setelah krisis minyak, terjadilah inflasi yang sangat tinggi secara bersamaan (dipicu oleh lonjakan harga energi) dan stagnasi ekonomi (akibat krisis ekonomi).
Akibatnya, para ekonom menyebut era tersebut sebagai periode “stagflasi” (stagnasi ditambah inflasi), dan butuh beberapa tahun agar output pulih dan inflasi turun ke tingkat sebelum krisis.
Krisis Asia 1997
Krisis ini berasal dari Thailand pada tahun 1997 dan dengan cepat menyebar ke seluruh Asia Timur dan mitra dagangnya.
Aliran modal spekulatif dari negara-negara maju ke ekonomi Asia Timur seperti Thailand, Indonesia, Malaysia, Singapura, Hong Kong, dan Korea Selatan (saat itu dikenal sebagai “Macan Asia”) telah memicu era optimisme.
Akibatnya, pemberian kredit yang berlebihan dan terlalu banyak akumulasi utang di negara-negara tersebut.
Pada bulan Juli 1997, pemerintah Thailand harus meninggalkan nilai tukar tetapnya terhadap dolar AS yang telah dipertahankan begitu lama, dengan alasan kurangnya sumber daya mata uang asing.
Keputusan itu memulai gelombang kepanikan di pasar keuangan Asia dan dengan cepat menyebabkan pembalikan luas miliaran dolar investasi asing.
Kemudian, kepanikan menyebar di pasar dan investor semakin waspada terhadap kemungkinan kebangkrutan pemerintah Asia Timur.
Krisis keuangan tersebut mulai menyebat di seluruh dunia.
Butuh waktu bertahun-tahun agar semuanya kembali normal.
Dana Moneter Internasional (IMF) harus turun tangan untuk membuat paket bailout bagi ekonomi yang paling terkena dampak untuk membantu negara-negara tersebut menghindari default.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Ancaman Resesi