Saat Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa Melarikan Diri, Sembunyi, dan Ketakutan Bertemu Rakyatnya
Didemo rakyat karena negaranya bangkrut, Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa dan istri melarikan diri ke luar negeri.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, KOLOMBO - Sri Lanka bangkrut.
Negara di Asia Selatan itu kini tak menentu nasibnya.
Rakyat negara di itu kesulitan memperoleh bahan kebutuhan hidup, harga bahan bakar melonjak dan sulit diperoleh serta listrik yang terus padam akibat krisis ekonomi yang terus memburuk.
Hal ini membuat warga Sri Lanka mengamuk lalu menggeruduk Istana Presiden dan rumah dinas Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa pada Sabtu (9/7/2022) pekan lalu.
Presiden Sri Lanka itu akhirnya kabur meninggalkan istananya di Kolombo, Ibu Kota Sri Lanka.
Hari pertama digeruduk massa, menurut Times of India, dia sembunyi di kamp militer negara itu.
Baca juga: Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa Janji Mundur pada 13 Juli, tapi Malah Coba Kabur ke Singapura
Informasi lain menyebutkan, Gotabaya Rajapaksa sembunyi bersama istri dan dua pengawalnya di kapal perang Angkatan Laut Sri Lanka.
Selama beberapa hari dia dan istrinya menghabiskan waktunya bermalam di pangkalan militer untuk menghindari amukan pengunjuk rasa.
Ditolak di Bandara
Dua hari berikutnya, dia bertolak menuju bandara Sri Lanka hendak melarikan diri dari negaranya.
Straits Times melaporkan staf imigrasi bandara Kolombo menolak memberi cap imigrasi kepada sang presiden sehingga dia tidak bisa meninggalkan negara itu kabur ke luar negeri.
Dia dipersilakan meninggalkan Kolombo menggunakan jalur umum namun kabarnya ketakutan bertemu dengan warganya yang juga menggunakan fasilitas yang sama.
Straits Times melaporkan staf imigrasi bandara Kolombo menolak memberi cap imigrasi kepada sang presiden sehingga dia tidak bisa meninggalkan negara itu kabur ke luar negeri.
"Pemimpin berusia 73 tahun itu kabarnya hendak meninggalkan negaranya pergi ke Dubai," kata para pejabat setempat.
Hari itu dia gagal meninggalkan negaranya.
Kabur ke Maladewa
Keesokan harinya Gotabaya Rajapaksa berhasil kabur meninggalkan negaranya menuju Maladewa.
Gotabaya Rajapaksa yang berusia 73 tahun itu terbang dengan pesawat Angkatan Udara Sri Lanka sebelum fajar bersama istri dan dua pengawalnya ke ibu kota Maladewa, Male.
Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa menggunakan orang dalam untuk pelariannya meninggalkan Sri Lanka.
Namun masalah lain muncul, kedatangan Gotabaya Rajapaksa ke Maladewa disambut protes warga setempat.
Bahkan pengunjuk rasa sampai hingga turun ke jalan menentang pemerintah Maladewa yang membantu pemimpin negara tetangga itu melarikan diri dari proses hukum.
Sekelompok ekspatriat Sri Lanka menggelar protes di pantai buatan di Male, membawa spanduk bertuliskan:
“Teman-teman Maladewa yang terhormat, tolong desak pemerintah Anda untuk tidak melindungi para penjahat.”
Polisi antihuru-hara dengan cepat menyambar spanduk dan plakat, serta membubarkan massa.
The Straits Times pada Kamis (14/7/2022) melaporkan bahwa Rajapaksa tampaknya terjebak di Maladewa pada Kamis.
Baca juga: RI Perlu Ambil Pelajaran dari Bangkrutnya Sri Lanka, Analis Singgung Utang dan Inflasi, Masih Aman?
Kabarnya ke Singapura atau Dubai
Merasa tak nyaman di Maladewa, Presiden Sri Lanka lalu mencoba terbang ke Singapura atau Dubai.
Sri Lanka Daily Mirror melaporkan bahwa Rajapaksa tidak naik pesawat Singapore Airlines yang katanya akan dibawa ke Singapura pada Rabu malam.
Ia gugup dan takut untuk terbang dalam satu pesawat dengan penumpang sipil.
The Daily Mirror mengatakan pembicaraan sedang berlangsung untuk menggunakan pesawat pribadi untuk Rajapaksa yang akan membawanya dari Maladewa ke Singapura.
Kantor berita Yahoo News Singapore telah mengirimkan pertanyaan tentang ini ke Kementerian Luar Negeri Singapura namun belum ada jawaban.
Unjuk Rasa Besar-besaran
Sri Lanka kini dalam keadaan kekacauan akibat krisis ekonomi terjadi dan membuat puluhan ribu pengunjuk rasa di negara itu turun ke jalan.
Pada Sabtu (9/7/2022) Rajapaksa lari dari istana kepresidenan setelah masa datang untuk menggeruduk rumah tersebut.
Presiden Rajapaksa sebelumnya berjanji pada 13 Juli 2022 akan mundur dari jabatannya.
Namun sampai hari ini janji itu belum dipenuhi.
Perdana militer Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe akhirnya menjadi presiden sementara Sri Lanka.
Penunjukan Wickremesinghe sebagai presiden sementara malah memicu protes yang semakin besar karena rakyat meminta sang PM juga harus pergi dari jabatannya.
Hal itu akhinya yang membuat Wickremesinghe meminta militer untuk bertindak dan melakukan segalanya untuk mengembalikan ketertiban.
“Kita tak bisa menghancurkan konstitusi kita. Kita tak boleh membiarkan para fasis mengambil alih,” ujarnya dilansir dari BBC, Kamis (14/7/2022).
“Kita harus mengakhiri ancaman fasis terhadap demokrasi ini,” kata Wickremesinghe.
Meski begitu, Pengacara Hak Asasi Manusia, Bhavani Fonseka di Kolombo, mengatakan Sri Lanka tak memiliki sejarah militer memainkan peranan aktif di pemerintahan atau politik.
“Kami telah memiliki demokrasi yang kuat dan telah dipilih perwakilan dalam peran itu,” katanya.
“Tetapi kami juga berada dalam situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, jadi apa pun mungkin terjadi,” kata Fonskea.