Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Calon PM Inggris di Mata Beijing, Berlomba Tutupi Masalah Domestik

Dua kandidat PM Inggris, Rishi Sunak dan Liz Truss berlomba mengkampanyekan siapa paling antiCina secara politik di antara mereka.

Penulis: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Calon PM Inggris di Mata Beijing, Berlomba Tutupi Masalah Domestik
AP
Keenam kandidat yang masih bersaing dalam memperebutkan kepemimpinan Partai Konservatif adalah (arah jarum jam dari kiri atas) Liz Truss, Tom Tugndhat, Kemi Badenoch, Penny Mordaunt, Rishi Sunak dan Suella Braverman. 

Liz Truss, rival Sunak, menuding Sunak telah bersikap "lunak" terhadap Cina, dan dia, hingga baru-baru ini, berencana mengadakan konferensi ekonomi dan keuangan Inggris-China untuk pertama kalinya sejak 2019.

Ketika Sunak menjadi menteri keuangan pada Juli 2021, dia mengatakan Inggris harus meningkatkan hubungan perdagangannya dengan Cina.

Namun, Sunak telah benar-benar mengubah nadanya menjelang debat dengan Truss. Menurut Financial Times Sunak mengatakan dia akan melarang semua 30 cabang Institut Konfusius di Inggris.

Alasannya, organisasi pendidikan dan budaya digunakan oleh pemerintah Cina untuk mempromosikan soft power di universitas-universitas Inggris.

Dia juga menjanjikan penggunaan undang-undang keamanan nasional baru yang lebih ketat untuk melindungi perusahaan rintisan teknologi Inggris dari investasi Cina.

Cui Hongjian, Direktur Departemen Studi Eropa di Institut Studi Internasional China, mengatakan kepada Global Times, kedua kandidat berusaha memenangkan dukungan elite paling konservatif.

Juga merebut simpati akar rumput Tory yang mungkin tidak memiliki banyak akal sehat dalam hal kebijakan luar negeri.

Berita Rekomendasi

Karena Truss lebih disukai di antara orang-orang ini, Sunak percaya dia harus lebih konservatif untuk menang.

Sunak dan Truss bersaing untuk mendapatkan dukungan dari sekitar 160.000 anggota Konservatif yang akan mulai memberikan suara pada awal Agustus.

Analis Cina mengatakan Inggris saat ini menghadapi masalah ekonomi yang serius, dan jika itu semakin memperburuk hubungannya dengan Cina, Inggris pasti akan lebih menderita.

Wang Yiwei, Direktur Institute of International Affairs di Renmin University of China, mengatakan kepada Global Times pernyataan yang dibuat selama pemilihan di negara-negara barat tidak begitu penting.

Kunci untuk mengamati masa depan hubungan Cina-Inggris terletak pada apakah ada dampak nyata pada proyek-proyek signifikan yang ada seperti pembangkit listrik tenaga nuklir Hinkley Point C.

Kekacauan Internal Inggris

Inggris sekarang menghadapi masalah ekonomi yang serius. Menurut Guardian tingkat inflasi Inggris mencapai tertinggi baru 40 tahun sebesar 9,4 persen dan bisa mencapai 12 persen pada Oktober.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas