Universitas Kyoto Jepang Teliti Struktur Tenggorokan & Kaitannya Bagaimana Bahasa Bisa Diperoleh
Universitas Tokyo meneliti kaitan pita suara dengan bagaimana bahasa bisa diperoleh.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Spesialis pita suara Universitas Tokyo meneliti kaitan pita suara dengan bagaimana bahasa bisa diperoleh, atau struktur tenggorokan berhubungan dengan pemerolehan bahasa manusia.
"Di masa depan, saya ingin mengklarifikasi mekanisme bagaimana bahasa diperoleh, seperti bagaimana otak mengontrol pita suara," ungkap Associate Professor Tsuyoshi Nishimura di Pusat Penelitian untuk Evolusi Perilaku Manusia di Universitas Kyoto belum lama ini.
Kelompok penelitian seperti Universitas Kyoto telah merangkum hasil penelitian bahwa manusia telah mampu memanipulasi munculnya bahasa dalam proses evolusi karena struktur tenggorokan lebih sederhana daripada monyet dan mereka dapat menghasilkan suara secara stabil.
Hal ini menarik perhatian sebagai akibatnya akan mengarah pada penjelasan tentang proses di mana manusia memperoleh bahasa.
Baca juga: Masyarakat Jepang Serbu Shinkansen, Mulai Pulang Kampung untuk Merayakan Tradisi Obon
Sebuah kelompok penelitian yang dipimpin oleh Associate Professor Tsuyoshi Nishimura di Pusat Penelitian untuk Evolusi Perilaku Manusia di Universitas Kyoto berfokus pada "pita suara" di tenggorokan untuk menjelaskan proses di mana manusia memperoleh bahasa, dibandingkan dengan spesimen (monyet).
Hasilnya, mereka menemukan bahwa semua monyet memiliki jaringan yang disebut "membran vokal" di dekat pita suara, yang tidak dimiliki manusia.
Selanjutnya, sebagai hasil eksperimen untuk mengamati pergerakan tenggorokan pada simpanse, atau monyet, ditemukan bahwa sementara membran pita suara menguatkan suara yang dipancarkan dari pita suara dan berperan dalam membuat suara lebih keras.
Hal ini juga berinteraksi dengan pita suara, mengakibatkan hilangnya suara, ternyata sulit untuk menjaga ukuran dan tinggi tetap secara konstan.
Manusia tidak memiliki membran pita suara, menggetarkan pita suaranya untuk mengeluarkan suara, dengan menggunakan bibir dan lidahnya untuk mengatur nada.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hal ini menyebabkan pemerolehan bahasa.
Spesimen dan data yang terakumulasi selama 50 tahun memungkinkan penelitian hal tersebut.
Apa yang memungkinkan penelitian ini adalah spesimen dan data yang terkumpul selama lebih dari 50 tahun di kebun binatang domestik.
Baca juga: Hadiah Pajak Kampung Halaman 15 Juta Yen Untuk Satu Sapi Terenak Matsusaka di Mie Jepang
Monkey Center, sebuah kebun binatang di Kota Inuyama, Prefektur Aichi, tempat berbagai primata seperti kera dan simpanse Jepang dipelihara, dibuka pada tahun 1956 melalui upaya para peneliti Universitas Kyoto.
Selain berfungsi sebagai basis penelitian primata di Jepang, museum juga menyimpan spesimen dan data terkait.
Untuk penelitian ini, 43 spesies spesimen tenggorokan monyet dikumpulkan selama lebih dari 50 tahun dan data yang diperoleh dengan mengamati pita suara bergetar simpanse digunakan.
"Penelitian ini dimungkinkan sebagian besar oleh bahan dan data yang telah dikumpulkan oleh pusat selama bertahun-tahun. Tidak ada tempat lain di mana penelitian semacam ini dapat dilakukan," ungkap Associate Professor Tsuyoshi Nishimura dari Pusat Penelitian untuk Evolusi Perilaku Manusia, Universitas Kyoto, yang merupakan bagian dari kelompok penelitian.
"Dengan demikian penelitian pita suara khusus ini terkait perolehan bahasa selama lebih dari 50 tahun satu-satunya di dunia baru dilakukan di Universitas Kyoto saja," tambahnya.
Sementara itu beasiswa (ke Jepang), belajar gratis di sekolah bahasa Jepang di Jepang, serta upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif.
Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.