Rusia-Ukraina Saling Tuding atas Insiden Penembakan di PLTN Zaporizhzhia
PLTN Zaporizhzhia direbut Rusia pada awal Maret, namun masih dijalankan oleh teknisi Ukraina di bawah pengawasan Moskow
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, KYIV - Ukraina dan Rusia saling menuduh atas insiden penembakan di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia yang diduduki pasukan Moskow.
Negara-negara Barat telah meminta Rusia untuk menarik pasukannya dari PLTN terbesar di Eropa itu, namun sejauh ini Moskow belum menunjukkan tanda-tanda akan menarik pasukannya.
PLTN Zaporizhzhia direbut Rusia pada awal Maret, namun masih dijalankan oleh teknisi Ukraina di bawah pengawasan Moskow.
Baca juga: Analis: Perang Rusia-Ukraina Buat Ekonomi Moskow Mundur 4 Tahun dalam 1 Kuartal
PLTN Zaporizhzhia mendominasi tepi selatan waduk besar di Sungai Dnipro yang melintasi Ukraina selatan.
Gubernur wilayah Dnipropetrovsk, Valentyn Reznichenko melaporkan tiga warga sipil termasuk seorang anak laki-laki, terluka dalam penembakan yang terjadi pada Jumat malam di kota Zaporizhia.
Sementara Badan Energi Atom Ukraina, yang pekerjanya masih mengoperasikan PLTN Zaporizhzhia, mengatakan PLTN itu diserang sebanyak lima kali pada Kamis (11/8/2022) kemarin, termasuk di dekat tempat penyimpanan bahan radioaktif.
Rusia menuduh Ukraina telah menembaki pembangkit listrik itu dengan sembrono, sementara Kyiv menuding pasukan Moskow telah menyerang PLTN tersebut.
Ukraina juga menuduh Rusia menggunakan PLTN Zaporizhzhia sebagai perisai untuk melindungi mereka dari serangan yang terjadi di kota-kota terdekat yang dikuasai Ukraina.
Baca juga: Jajak Pendapat: Kepercayaan Publik Rusia terhadap Vladimir Putin Lampaui 81 Persen
"Angkatan Bersenjata Ukraina tidak merusak infrastruktur (pabrik), tidak menyerang di mana mungkin ada bahaya dalam skala global. Kami memahami bahwa penjajah bersembunyi di balik perisai seperti itu karena tidak mungkin menyerang di sana," ujar juru bicara komando militer Ukraina selatan Natalia Humeniuk, yang dikutip dari Reuters, Sabtu (13/8/2022).
Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev menolak tuduhan tersebut, dengan mengatakan pernyataan Ukraina 100 persen adalah omong kosong.
Para ahli nuklir khawatir pertempuran di PLTN itu dapat merusak kolam bahan bakar bekas pabrik atau reaktor.
"Tidak ada pembangkit listrik tenaga nuklir di dunia yang dirancang untuk beroperasi dalam situasi perang," kata koordinator Laporan Status Industri Nuklir Dunia (WNISR), Mycle Schneider.
Schneider menambahkan, hilangnya pasokan listrik yang diperlukan untuk menjaga reaktor tetap dingin dan kondisi psikologi pekerja PLTN Zaporizhzhia harus menjadi perhatian utama.
Baca juga: Menhan Inggris Yakin Rusia Akan Gagal, Usai 26 Negara Sokong Dana dan Senjata ke Ukraina
Selama berminggu-minggu Ukraina mengatakan pihaknya merencanakan serangan balasan untuk merebut kembali Zaporizhzhia dan provinsi Kherson dari tangan Rusia.