Balas Sanksi Barat, Rusia Kembali Hentikan Aliran Gas Nord Stream 1 ke Eropa
Penghentian gas tersebut sontak memicu kepanikan masyarakat di kawasan Eropa, mengingat di musim dingin ini Eropa tengah mengalami krisis pasokan
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Raksasa energi milik negara Rusia, Gazprom dilaporkan telah menghentikan aliran gas melalui pipa Nord Stream 1 ke Eropa, dengan alasan pemeliharaan akibat pemblokiran pengiriman turbin yang dilakukan Barat.
Penghentian gas tersebut sontak memicu kepanikan masyarakat di kawasan Eropa, mengingat di musim dingin ini Eropa tengah mengalami krisis pasokan energi.
Meski ke-27 negara di Eropa telah sepakat untuk mengurangi konsumsi energi dari Rusia, namun hal tersebut tak lantas membuat UE dapat melepaskan diri pasokan gas Rusia.
Baca juga: Di Bawah Perjanjian Pragmatis, Gazprom Tingkatkan Ekspor Gas Rusia ke Hungaria
Sebelum Rusia menghentikan pengiriman gas ke Eropa, dua minggu yang lalu Gazprom mengklaim bahwa pihaknya telah memberikan peringatan pemadaman aliran gas ke pemerintah Jerman melalui Telegram.
Namun sebaliknya pemerintah Jerman justru menyatakan bahwa pihaknya belum diberitahu secara resmi oleh Gazprom.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Jerman, Maria Zakharova menjelaskan bahwa tindakan pemangkasan ekspor ini sengaja dilakukan untuk memutuskan ikatan energi Rusia dengan Eropa.
Sebagai bentuk balasan sanksi atas serangkaian hukuman yang dijatuhkan Barat ke presiden Vladimir Putin.
Sementara itu, Kepala Badan Jaringan Federal Jerman Klaus Müller menyebut penghentian gas sebagai keputusan yang tidak dapat dipahami.
Baca juga: UPDATE Perang Rusia dan Ukraina: Moskow Sebut Serangan Balik Kyiv Gagal dan Alami Kerugian Besar
Rencananya penangguhan ini akan dilakukan selama tiga hari, terhitung sejak Rabu (31/8/2022) pukul 05.00 pagi hingga Jumat (2/9/2022), dilansir dari Al Jazeera.
Penghentian aliran gas seperti ini bukanlah kali pertama yang dilakukan Gazprom, sebelumnya pada bulan Juli lalu pada bulan Juli, aliran gas pada pipa Nord Stream 1 juga pernah ditutup selama 10 hari akibat adanya perbaikan.
Penutupan ini bahkan memicu kekhawatiran UE akan adanya pemutusan pasokan gas permanen.
Imbas dari pemangkasan tersebut krisis energi yang sedang berlangsung di Eropa diprediksi makin memburuk, ini terlihat dari melonjaknya harga gas grosir dimana pada bulan Agustus tarif impor gas telah naik sebanyak 400 persen.
Lonjakan harga gas bahkan disinyalir menjadi salah satu pendorong terjadinya percepatan laju inflasi di Eropa.
Baca juga: Gazprom: Rusia Miliki Cukup Gas, Setidaknya untuk 100 Tahun
Hingga pemerintah terpaksa menghabiskan miliaran euro hanya untuk meringankan beban tagihan listrik masyarakat di kawasan Uni Eropa.
Situasi ini diperkirakan akan terus memburuk mengingat saat ini Eropa mulai memasuki bulan-bulan musim dingin, hal tersebut yang membuat konsumsi gas alam untuk pemanas mengalami lonjakan permintaan.