Kabinet Liz Truss Jadi yang Pertama di Inggris 'Tanpa Orang Kulit Putih' di Posisi Teratas
(PM) Inggris yang baru Liz Truss telah memilih susunan kabinetnya yang akan memulai sejarah baru bagi dunia politik negara itu.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Perdana Menteri (PM) Inggris yang baru Liz Truss telah memilih susunan kabinetnya yang akan memulai sejarah baru bagi dunia politik negara itu.
Hal itu karena ini adalah momen pertama kalinya seorang pria kulit putih tidak akan memegang salah satu dari empat posisi menteri terpenting di Inggris.
Dikutip dari laman Reuters, Rabu (7/9/2022), Truss menunjuk Kwasi Kwarteng sebagai Menteri Keuangan kulit hitam pertama Inggris, orang tuanya berasal dari Ghana.
Sedangkan James Cleverly ditunjuk sebagai Menteri Luar Negeri kulit hitam pertama Inggris.
Cleverly memiliki ibu yang berasal dari Sierra Leone dan ayahnya berkulit putih.
Di masa lalu, ia berbicara tentang pengalamannya diintimidasi sebagai anak ras campuran dan mengatakan bahwa Partai Konservatif (Tory) perlu berbuat lebih banyak untuk menarik pemilih kulit hitam.
Baca juga: Liz Truss Janji Bawa Negaranya Lewati Badai Ekonomi: Kita Bisa Jadi Inggris Modern yang Brilian
Sementara itu, Suella Braverman ditunjuk mengisi posisi Menteri Dalam Negeri menggantikan Priti Patel, ia akan bertanggung jawab atas kebijakan dan imigrasi.
Braverman memiliki orang tua asal Kenya dan Mauritius yang datang ke Inggris 6 dekade lalu.
Keragaman yang semakin meluas ini sebagian karena dorongan Partai Konservatif dalam beberapa tahun terakhir untuk mengajukan kandidat parlemen yang lebih bervariasi.
Pemerintah Inggris hingga beberapa dekade yang lalu sebagian besar terdiri dari pria kulit putih.
Inggris membutuhkan waktu hingga 2002 untuk menunjuk menteri kabinet etnis minoritas pertamanya, saat Paul Boateng ditunjuk sebagai Kepala Sekretaris Departemen Keuangan.
Sebelumnya, Inggris juga memiliki Rishi Sunak yang menjabat sebagai Menteri Keuangan era Boris Johnson, orang tuanya berasal dari India.
"Politik telah mengatur langkah ini. Kami sekarang memperlakukannya sebagai hal yang normal, keragaman ini. Langkah perubahannya luar biasa," kata Direktur lembaga pemikir non-partisan British Future yang berfokus pada migrasi dan identitas, Sunder Katwala.
Terlepas dari kampanye keragaman yang diusung partai, hanya seperempat dari anggota parlemen Konservatif adalah perempuan dan 6 persen memiliki latar belakang minoritas.
Namun jajaran atas bisnis, peradilan, pegawai negeri dan tentara, semuanya masih didominasi kulit putih.