Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Papua Nugini Proklamirkan Raja Charles III Sebagai Kepala Negara

Para pemimpin Papua Nugini mengadakan upacara untuk menghormati mendiang Ratu Elizabeth II dan menyatakan Raja Charles III sebagai kepala negara baru.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Papua Nugini Proklamirkan Raja Charles III Sebagai Kepala Negara
AFP/DANIEL LEAL
Raja Inggris Charles III menjadi kepala negara baru Papua Nugini sepeninggalnya Ratu Elizabeth II. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, PORT MORESBY - Para pemimpin Papua Nugini mengadakan upacara pada Selasa waktu setempat untuk menghormati mendiang Ratu Elizabeth II dan menyatakan bahwa Raja Charles III sebagai kepala negara baru negara itu.

Dikutip dari laman ABC News, Selasa (13/9/2022), Gubernur Jenderal Bob Dadae dan Perdana Menteri (PM) James Marape bergabung dengan para pejabat tinggi dalam upacara di luar parlemen di ibu kota , Port Moresby.

Papua Nugini merupakan salah satu dari lima negara di Asia dan Pasifik dimana raja Inggris adalah kepala negara.

Mereka juga termasuk Australia, Selandia Baru, Kepulauan Solomon dan Tuvalu.

"Sebagai refleksi dari kehidupan yang dijalaninya, pelaksanaan tugas yang patut dicontoh sebagai kepala negara Papua Nugini, dalam hubungan inilah kita semua berkumpul di sini pagi ini untuk mengakui kepergiannya (Ratu Elizabeth II), untuk mengakui dan menyaksikan keĥnaikannya. Takhhta Raja Charles III," kata Marape.

Baca juga: Gejolak Referendum Kembali Muncul Setelah Ratu Elizabeth II Wafat, Kini Giliran Antigua dan Barbuda

Marape dan para pemimpin lainnya bertemu Charles pada Jumat lalu yang bertepatan dengan peringatan hari kemerdekaan ke-47 Papua Nugini.

Berita Rekomendasi

Gejolak Referendum

Antigua dan Barbuda disebut akan memilih apakah akan menjadi negara republik atau tetap berada di bawah pemerintahan Kerajaan Inggris, setelah kematian Ratu Elizabeth II pada 8 September lalu.

Pernyataan ini disampaikan Perdana menteri (PM) negara itu, Gaston Browne.

Ia mengatakan referendum kemungkinan dapat dilakukan dalam waktu 3 tahun.

Pembawa jenazah membawa peti mati mendiang Ratu Elizabeth II Inggris yang ditutupi dengan Royal Standard of Scotland, di Istana Holyroodhouse, di Edinburgh pada 11 September 2022. - Peti mati Ratu Elizabeth II akan melakukan perjalanan melalui jalan darat melalui kota-kota dan desa-desa Skotlandia pada hari Minggu. memulai perjalanan terakhirnya dari tempat peristirahatan Skotlandia tercinta di Balmoral. Sang Ratu, yang meninggal pada 8 September, akan dibawa ke Istana Holyroodhouse sebelum beristirahat di Katedral St Giles, sebelum melanjutkan perjalanan ke London untuk pemakamannya. (Photo by ALKIS KONSTANTINIDIS / POOL / AFP)
Pembawa jenazah membawa peti mati mendiang Ratu Elizabeth II Inggris yang ditutupi dengan Royal Standard of Scotland, di Istana Holyroodhouse, di Edinburgh pada 11 September 2022. - Peti mati Ratu Elizabeth II akan melakukan perjalanan melalui jalan darat melalui kota-kota dan desa-desa Skotlandia pada hari Minggu. memulai perjalanan terakhirnya dari tempat peristirahatan Skotlandia tercinta di Balmoral. Sang Ratu, yang meninggal pada 8 September, akan dibawa ke Istana Holyroodhouse sebelum beristirahat di Katedral St Giles, sebelum melanjutkan perjalanan ke London untuk pemakamannya. (Photo by ALKIS KONSTANTINIDIS / POOL / AFP) (AFP/ALKIS KONSTANTINIDIS)

Namun dirinya menekankan bahwa langkah itu bukan merupakan tindakan permusuhan.

Dikutip dari laman BBC, Selasa (13/9/2022) ia memberikan tanggapan setelah Charles III dikukuhkan sebagai Raja dan kepala negara Karibia.

Browne menuturkan bahwa dirinya bermaksud untuk memperkenalkan referendum jika terpilih kembali sebagai perdana menteri tahun depan.

Baca juga: Alasan Pangeran Harry Dilarang Mengenakan Seragam Militer di Pemakaman Ratu Elizabeth II

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas