Volodymyr Zelenskyy Akan Izinkan Rusia Ekspor Pupuk Melalui Negaranya, Ini Syaratnya
Zelenskyy mengklaim telah menahan ratusan tentara Rusia sebagai tahanan selama serangan balasan baru-baru ini di Kharkov.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, KIEV - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Jumat kemarin mengaku akan mengizinkan Rusia untuk melanjutkan pengiriman ekspor amonia melalui negaranya agar dapat mengurangi kekurangan pupuk global.
Namun Rusia harus memenuhi satu syarat, yakni membebaskan tawanan perang Ukraina.
"Saya menentang pasokan amonia dari Federasi Rusia melewati wilayah kami. Saya hanya akan melakukannya jika mereka menukarnya dengan tentara kami yang ditawan, inilah yang saya tawarkan kepada PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa)," kata Zelenskyy.
Baca juga: Benarkah Urine adalah Jawaban atas Kekurangan Pupuk Global?
Dikutip dari laman Russia Today, Sabtu (17/9/2022), Gedung Kremlin pun secara cepat menolak tawaran itu.
"Apakah manusia dan amonia adalah hal yang sama?," kata Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.
Zelenskyy sebelumnya mengklaim bahwa Ukraina telah menahan ratusan tentara Rusia sebagai tahanan selama serangan balasan baru-baru ini di Kharkov.
Namun Peskov menegaskan, Rusia memiliki lebih banyak tawanan perang Ukraina.
Sementara itu, PBB telah menyarankan produsen pupuk Rusia Uralchem untuk memompa gas amonia melalui pipa ke perbatasan Ukraina, di mana dapat dibeli oleh Trammo, pedagang komoditas yang berbasis di Amerika Serikat (AS).
Pipa tersebut dapat memompa sebanyak 2,5 juta ton amonia per tahun dari wilayah Volga ke pelabuhan Yuzhny di Laut Hitam.
Namun, pelabuhan tersebut kini telah ditutup sejak dimulainya serangan militer Rusia pada Februari lalu.
Amonia adalah bahan penting dalam pupuk nitrat, dan kekurangan pasokan yang terjadi saat ini menjadi ancaman yang menambah krisis pangan global.
Padahal krisis pangan global ini telah diperburuk oleh konflik Rusia-Ukraina. karena sebagian besar gandum dunia berasal dari dua negara itu.
Menurut industri pupuk Rusia, sebanyak 70 persen pabrik amonia Eropa telah mengurangi atau menghentikan produksi dalam beberapa bulan terakhir karena rekor harga energi yang tinggi.
Baca juga: Ekonomi Sri Lanka Menyusut 8,4 Persen, Dipicu oleh Krisis Pupuk dan Bahan Bakar
Rusia, Ukraina dan Turki telah menandatangani kesepakatan yang ditengahi PBB pada Juli lalu untuk melanjutkan ekspor biji-bijian dari pelabuhan Laut Hitam Ukraina demi mengurangi kekurangan bahan pangan.
Namun, perwakilan Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia baru-baru ini menyalahkan sanksi negara Barat karena menahan pengiriman biji-bijian dan pupuk.
Ia menyebut pejabat Uni Eropa (UE) munafik, karena memblokir pengiriman Rusia ke Afrika, Asia dan Amerika Latin sambil membiarkan sumber daya penting mencapai pantai blok itu sendiri.
Dari 136 kapal yang meninggalkan pelabuhan Ukraina membawa gandum, hanya 6yang pergi ke negara-negara termiskin yang menderita krisis pangan.