Mantan PM Italia Dihujat setelah Sebut Putin Dipaksa untuk Menginvasi Ukraina
Silvio Berlusconi mengatakan Putin menginvasi Ukraina karena dorongan dari separatis dan politisi nasionalis Rusia.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Garudea Prabawati
Enrico Letta, pemimpin partai kiri-tengah Demokrat, mengatakan pernyataan Berlusconi itu memalukan.
Menurutnya eks PM Italia itu seakan melegitimasi tindakan Moskow.
Berlusconi kemudian mengklarifikasi komentarnya pada Jumat (23/9/2022).
"Agresi terhadap Ukraina tidak dapat dibenarkan dan tidak dapat diterima, posisi (Forza Italia) jelas. Kami akan selalu bersama UE dan NATO," katanya.
Selama menjabat sebagai perdana menteri, Berlusconi dikenal dekat dengan Vladimir Putin.
Ia bahkan memuji kepemimpinan Putin hingga membantu menjalin kerja sama energi yang kini membuat Italia bergantung kepada gas Rusia.
Tetapi pada bulan April, dia mengutuk invasi dan mengaku kecewa dengan perilaku Putin.
Dukungan Barat ke Ukraina
Sementara itu, pejabat Barat lain mengecam referendum yang dilaksanakan di empat wilayah Ukraina untuk bergabung dengan Rusia.
Menyusul hal ini, AS berencana mengenakan biaya ekonomi tambahan pada Rusia dalam hubungannya dengan sekutu jika Moskow bergerak maju dengan pencaplokan Ukraina, kata Gedung Putih.
"Kami tahu bahwa referendum ini akan dimanipulasi," kata sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre, Jumat (23/9/2022).
Duta Besar Inggris untuk Ukraina, Melinda Simmons, menggambarkan "referendum palsu" sebagai "latihan media" oleh Rusia, yang hasilnya "hampir pasti sudah diputuskan".
Baca juga: Antrean Panjang Orang Rusia Ingin Kabur, hingga Ramai di Media Sosial Cara Melarikan Diri dari Rusia
Baca juga: Rusia Segera Gelar Referendum di Empat Wilayah Ukraina yang Sudah Dikuasai
NATO menggambarkan referendum sebagai "upaya terang-terangan Moskow dalam penaklukan teritorial" dan mengatakan mereka tidak memiliki legitimasi.
Pihaknya pun berjanji akan meningkatkan bantuannya untuk Kyiv dalam menanggapi referendum tersebut.
"Jawaban kami, jawaban NATO, adalah untuk meningkatkan dukungan," kata Sekretaris Jenderal Jens Stoltenberg, kepada CNN dalam sebuah wawancara.
Para pemimpin G7 juga mengatakan tidak akan pernah mengakui referendum "palsu" dalam sebuah pernyataan bersama.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.