PM Israel Panen Kritikan Usai Dukung Solusi Damai dengan Palestina
Yair Lapid menegaskan kembali, solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina, yang telah berlangsung selama beberapa dekade
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, YERUSALEM - Perdana Menteri (PM) Israel Yair Lapid mendapat kecaman dari para kritikus sayap kanan Israel, setelah menegaskan dukungannya untuk kenegaraan Palestina di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Pidato Yair Lapid di New York pada Kamis (22/9/2022) lalu, datang menjelang pemilihan 1 November yang dapat mengembalikan kekuasaan mantan Perdana Menteri sayap kanan Benjamin Netanyahu, penentang lama solusi dua negara.
Yair Lapid menegaskan kembali, solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina, yang telah berlangsung selama beberapa dekade, untuk kepentingan Israel.
Baca juga: Kemlu Angkat Suara Terkait Laporan Adanya Kunjungan Rahasia Delegasi Indonesia ke Israel
Gagasan mengenai solusi dua negara telah memudar selama masa jabatan Netanyahu pada periode 2009-2021 sebagai perdana menteri.
"Meskipun ada hambatan, perjanjian dengan Palestina, berdasarkan dua negara untuk dua bangsa, adalah hal yang tepat untuk keamanan Israel, untuk ekonomi Israel dan untuk masa depan anak-anak kita," kata PM Israel ini, yang dikutip dari France24, Minggu (25/9/2022).
Lapid berpendapat, sebagian besar orang Israel mendukung solusi dua negara, "dan saya salah satunya".
"Kami hanya memiliki satu syarat: bahwa negara Palestina di masa depan harus damai," kata Lapid, tanpa menyerukan dimulainya kembali pembicaraan damai.
Ada banyak yang menyemangati pidato Lapid tersebut, termasuk Presiden Amerika Serikat Joe Biden, yang menyebutnya "berani".
Namun berbeda di Israel, di mana para kritikus mengantri untuk menimbang pernyataan Lapid tersebut.
Netanyahu menuduh Lapid membantu Palestina dengan mengangkat "perjuangan kemerdekaan Palestina" di pertemuan puncak PBB. Lapid dinilai menempatkan "orang-orang Palestina kembali ke tengah panggung internasional dan mengirim Israel kembali ke lubang Palestina," kata Netanyahu.
Mantan Perdana Menteri Israel ini juga mengatakan, dia tidak akan membiarkan upaya Lapid mengusahakan solusi dua negara.
Baca juga: Serangan Udara Israel Kembali Hantam Bandara Damaskus, 5 Tentara Suriah Tewas
"Hari ini dia (Lapid) ingin memberikan Palestina sebuah negara teroris di jantung Israel dan negara itu akan mengancam kita. Tapi izinkan saya memberitahu Anda ini Tuan Lapid: Mitra saya dan saya tidak akan membiarkan Anda," kata Netanyahu, mengacu pada anggota parlemen kaum agamis atau Yahudi ultra-Ortodoks yang dia harap akan membentuk koalisi berikutnya.
Lapid datang ke pemerintahan Israel sebagai bagian dari koalisi yang beraneka ragam termasuk Partai Arab Bersatu, yang bertujuan menggulingkan Netanyahu setelah 12 tahun berturut-turut berkuasa.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas menanggapi pernyataan Lapid pada Kamis lalu sebagai "hal yang positif", namun Abbas juga menginginkan Israel segera mengadakan perundingan untuk menerapkan solusi dua negara.
"Ujian nyata dari keseriusan dan kredibilitas posisinya adalah pemerintah Israel duduk di meja perundingan segera, untuk menerapkan solusi dua negara," ujar Abbas.
Sementara anggota parlemen Arab Israel, Sami Abu Shehadeh menolak komentar Lapid sebagai "pembicaraan manis".
Baca juga: Media Israel Sebut Ada Pejabat Indonesia Tengah Berada di Israel dalam Sebuah Kunjungan Rahasia
Dalam pernyataannya kemarin, Lapid memuji upaya negara-negara Timur Tengah untuk menormalkan hubungan dan kerja sama dengan Israel. Dia juga mendesak negara-negara Muslim seperti Indonesia hingga Arab Saudi untuk berdamai dengannya.