Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pipa Nord Stream Kemungkinan Terkena Bahan Peledak yang Dikendalikan dari Jarak Jauh

Rusia menyuarakan keprihatinannya atas pecahnya jaringan pipanya, dengan mengatakan itu bisa memiliki konsekuensi serius bagi pasokan energi.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Pipa Nord Stream Kemungkinan Terkena Bahan Peledak yang Dikendalikan dari Jarak Jauh
Kementerian Pertahanan Denmark
Lokasi kebocoran pipa Nord Stream 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Sumber dari Departemen Pertahanan Inggris mengatakan bahwa pipa Nord Stream 1 dan 2 mungkin telah disabotase oleh alat peledak bawah air yang diledakkan dari jarak jauh.

"Pipa gas alam Rusia mungkin telah rusak oleh ranjau yang diturunkan ke dasar laut atau bahan peledak yang dijatuhkan dari kapal maupun ditanam oleh drone bawah laut. Dan bom itu mungkin telah ditempatkan berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun yang lalu," kata laporan itu.

Dikutip dari laman Russia Today, Kamis (29/9/2022), sumber itu menambahkan bahwa bahan peledak tersebut tidak mungkin ditanam oleh kapal selam Rusia, karena Laut Baltik yang relatif dangkal, membuat operasi semacam itu sangat mudah dideteksi.

Kendati demikian, sumber tersebut menegaskan bahwa 'tindakan sabotase yang dicurigai' mungkin saja dilakukan oleh Rusia, tanpa memberikan bukti apapun untuk mendukung klaim ini.

Sebelumnya, Rusia menyuarakan keprihatinannya atas pecahnya jaringan pipanya, dengan mengatakan itu bisa memiliki konsekuensi serius bagi pasokan energi ke 'seluruh benua' dan menyerukan penyelidikan segera atas masalah tersebut.

Negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin itu juga mengecam tudingan yang menyebut Rusia telah mengatur tindakan sabotase.

Baca juga: Bantah di Balik Hancurnya Pipa Nord Stream, Rusia Akui Rugi Besar

Berita Rekomendasi

Pejabat Rusia menyebut tuduhan itu sebagai 'hal yang bodoh dan tidak masuk akal'.

Sebelumnya, kedua pipa Nord Stream yang menghubungkan Rusia ke Jerman di bawah Laut Baltik, kehilangan tekanan pada Senin lalu, dengan kebocoran gas besar terdeteksi di dekat Pulau Bornholm.

Setelah insiden tersebut, pihak berwenang Denmark menutup daerah itu untuk navigasi.

Secara total, ada empat kebocoran yang telah ditemukan sejauh ini.

Sementara itu, pada Rabu kemarin, kantor berita Jerman Tagesspiegel melaporkan bahwa kerusakan yang dialami Nord Stream 1 dan 2 mungkin tidak dapat diperbaiki.

Mengutip sumber-sumber pemerintah negara itu, media tersebut berpendapat bahwa jika kerusakan tidak segera diatasi, maka akan ada banyak air laut yang mengalir ke pipa dan menimbulkan korosi permanen.

Jerman telah menyelidiki kebocoran tersebut dan menduga kerusakan terjadi akibat serangan yang disengaja, yang dilakukan baik oleh pasukan pro-Ukraina atau Rusia sendiri dalam kemungkinan operasi bendera palsu untuk membuat Ukraina terlihat buruk.

Insiden ini diperkirakan akan mendorong harga energi melonjak lebih tinggi dan memperburuk krisis energi di Eropa.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas