Kelompok HAM Rusia & Ukraina dan Aktivis Belarus Menangkan Hadiah Nobel Perdamaian 2022
Kelompok HAM asal Rusia dan Ukraina serta seorang aktivis Belarusia yang dipenjara mendapat hadiah Nobel Perdamaian 2022.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
Pesan yang Kuat
Kristian Herbolzheimer, direktur International Catalan Institute for Peace, mengatakan hadiah Nobel ini menyoroti "persaudaraan antara ketiga negara yang menghadapi tantangan dan situasi yang sama."
"Tetapi di luar itu, komite telah memberikan relevansi masyarakat sipil dan itu melampaui ketiga negara ini. Ada ruang yang menyusut untuk suara-suara kritis di dalam negara-negara di seluruh dunia, tidak peduli apakah mereka otokrasi atau demokrasi," katanya.
"Oleh karena itu, ini mengirimkan pesan yang sangat kuat."
Ales Bialiatski (60), pemimpin Viasna, kelompok HAM yang berbasis di Minsk ditangkap pada Juli 2021 atas tuduhan penggelapan pajak.
Langkah ini dianggap kritikus sebagai cara Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, untuk membungkam Bialiatski.
Organisasi bentukan Bialiatski, yang diterjemahkan menjadi "Musim Semi" dan didirikan pada tahun 1996, adalah kelompok hak asasi paling terkemuka di Belarus.
Organisasi ini berhasil memetakan kecenderungan Lukashenko dan pasukan keamanannya yang semakin otoriter.
Didirikan selama protes massa pro-demokrasi beberapa tahun setelah runtuhnya Uni Soviet, Bialiatski bersama organisasinya berusaha membantu para pengunjuk rasa yang dipenjara dan keluarga mereka.
Sejak itu, Viasna dan Bialiatski menjadi terkenal karena rezim Lukashenko menggunakan cara-cara yang lebih brutal untuk mempertahankan cengkeramannya yang ketat pada kekuasaan.
Baca juga: Jurnalis Rusia Peraih Nobel Perdamaian Jual Medali untuk Bantu Anak-anak Ukraina
Baca juga: Demi Nobel untuk NU-Muhammadiyah, Gus Muhaimin Temui Dubes Norwegia
"Ini adalah orang terbaik yang menerima Hadiah Nobel Perdamaian karena selama bertahun-tahun, Bialitski menjadi simbol perjuangan global melawan tirani dan untuk hak-hak rakyat biasa, warga Belarusia," kata Franak Viacorka, politisi oposisi Belarusia dan penasihat senior Sviatlana Tsikhanouskaya, pemimpin Gerakan Demokratik Belarusia.
Diungkap Viacorka, Bialitski memulai kariernya sebagai pejuang kemerdekaan melawan Uni Soviet pada tahun 1980an.
Ia melanjutkan perjuangannya demi memerdekaan Belarusia, untuk kemudian melawan rezim otoriter Presiden Lukashenko.
"Dia dipenjara dan sekarang dia akhirnya diakui oleh Komite Nobel karena mendedikasikan seluruh hidupnya untuk sesuatu yang oleh seluruh dunia disebut sebagai hak asasi manusia," pungkas Viacorka.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)